Ahad 30 Jun 2013 13:26 WIB

BNPB: Titik Api di Riau Berkurang

Rep: Fenny Melisa / Red: Djibril Muhammad
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho
Foto: antara
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menginjak hari ke-10 pelaksanaan penanggulangan bencana asap di Riau, beberapa indikator dari kebakaran lahan dan hutan menunjukkan sinyal positif. Pantauan titik api, baik menggunakan satelit NOAA maupun satelit Terra/ Aqua MODIS menunjukkan titik api semakin berkurang.

Berdasarkan pantauan Satelit NOAA pada Sabtu (22/6) ada 92 titik api, Ahad (23/6) ada 154 titik, Senin (24/6) ada 265 titik, kemudian Selasa (25/6) turun drastis menjadi 54 titik, Rabu (26/6) 6 titik, Kamis (27/6) 19 titik, Jumat (28/6) 7 titik, dan Sabtu (29/6) 1 titik.

"Hal ini berpengaruh pada jarak pandang yang menunjukkan tebal tipisnya asap di udara,"  kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Ahad (30/6).

Sutopo mencontohnya pascaoperasi pemadaman asap yaitu Jumat (21/6) rata-rata jarak pandang kurang dari 100 m. Namun sejak Rabu (26/6) hingga sekarang jarak pandang mencapai 1-10 km di beberapa derah di Riau.

Begitu pula indeks kualitas udara juga menunjukkan peningkatan kualitas udara. Jika Kamis (20/6) indeks kualitas udara di Duri 1.048 SPI (Standard Pollution Index) dan Dumai 688 SPI yang artinya berbahaya, namun pada Sabtu (29/6) di Duri indeks kualitas udara mencapai 98 SPI, Dumai 78 SPI, Singapura 59 SPI, Kuala Lumpur 48 SPI dan Selangor 44 SPI. "Artinya tergolong baik dan sedang," tuturnya.

Sementara itu, Sutopo melanjutkan, upaya pemadaman kebakaran lahan dan hutan masih terus dilakukan. Di darat masih dikerahkan 15 SSK Pasukan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana dan 1.122 pasukan organik untuk memadamkan kebakaran di darat. Di udara operasi dilakukan dengan pemboman air dan hujan buatan.

"Ini semua perlu didukung semua pihak agar tidak ada yang melakukan pembakaran kembali. Apalagi ancaman kebakaran makin tinggi seiring dengan makin keringnya musim kemarau pada Oktober nanti," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement