Kamis 27 Jun 2013 23:07 WIB

Penumpang: Tarif Bus Beda-beda, Pergi Beda, Pulang Beda

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Djibril Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pascakenaikan harga BBM bersubsidi, semua sopir angkutan umum juga ikut menaikan tarif. Meskipun, usulan kenaikan tarif yang resmi masih dalam tahap usulan di DPRD.

Kondisi ini membuat masyarakat kebingungan. Sebab, ada sopir yang masih menggunakan harga lama dan ada juga yang sudah memasang tarif baru. Seperti yang dialami Latifah, warga Jatibening, Bekasi yang sehari-hari bekerja di Slipi, Jakarta Barat.

Menurut dia, ia biasa menaiki bus patas dari rumahnya di Jatibening dengan tarif Rp 6000 untuk sampai ke kantornya di Slipi. Namun, saat pulang kerja, ia justru dimintai tarif Rp 9000, karena harganya disamaratakan dengan penumpang dengan jarak terjauh. "Naik bus harganya beda-beda. Pergi beda, pulang beda," ujarnya.

Hal senada juga diungkapkan Farida. Dia menceritakan, mulanya ia membayar tarif angkot Rp 2000 dari rumahnya untuk menuju pasar. Namun, ketika pulang menggunakan angkot lagi, sang sopir tidak mau dibayar Rp 2000. "Saya diteriakin 'Mba, sekarang Rp 3000 semua angkot.' Padahal itu jarak dekat," tuturnya.

Farida sebenarnya memaklumi jika tarif angkot harus naik karena kenaikan harga BBM bersubsidi. Namun demikian, kata dia, kenaikannya harus seimbang, tidak boleh terlalu tinggi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement