REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Mendekati puasa, harga daging dan sejumlah sayuran tambah meroket. Harga daging saat ini mencapai Rp 85 ribu per Kg.
Padahal, dua hari yang lalu hanya Rp 75 ribu per Kg. Selain itu, harga cabai rawit juga melambung dari Rp 25 ribu menjadi Rp 34 ribu per Kg. Kondisi ini, mengancam para pedagang gulung tikar.
Nia Ratnawati (32 tahun), pedagang daging sapi di Pasar Rebo Purwakarta, mengatakan, kenaikan harga saat ini sangat memprihatinkan. Sebab, laju kenaikannya tak terbendung. Dalam dua hari saja, harga daging bisa naik sampai Rp 10 ribu per Kg. "Kondisi ini, mengancam pedagang terus merugi," ujarnya, Kamis (27/6).
Bahkan, para pedagang mengkhawatirkan harga daging akan menembus harga tertinggi, yakni Rp 90 ribu per Kg. Seperti, yang terjadi pada tahun kemarin. Memasuki bulan puasa, harga daging meroket sampai Rp 90 ribu per Kg.
Bagi pedagang, dengan harga yang semakin mahal, maka keuntungan pedagang kecil. Pasalnya, para permintaan akan daging semakin berkurang. Berbeda dengan harga normal, maka permintaan jauh lebih banyak.
Saat ini saja, paling banyak penjualan daging sapi sampai 25 kilogram. Padahal, dalam kondisi normal bisa sampai 60 kilogram per hari. Dengan begitu, ada penurunan kuantitas penjualan daging sapi, ketika harganya sedang mahal.
Obet (45 tahun), pedagang nasi, mengaku, dengan harga daging yang mahal, maka pembeliannya dikurangi. Biasanya sampai lima kilogram, sekarang paling banyak dua kilogram.
Dampak dari kenaikan ini, harga daging yang sudah diolahnya jadi rendang terpaksa dinaikan juga. Biasanya satu potong Rp 5.000, kini harus Rp 8-9 ribu per potong. "Selain menaikan harga, kami juga harus mengurangi ukuran," ujarnya.
Sementara itu, Endang Sumarna (52 tahun) pedagang sayuran, mengaku, harga cabai rawit melonjak tajam di banding sayuran lainnya. Kalau sayuran lain, naiknya sekitar Rp 1.000 per kilogram, cabai rawit melejit sampai Rp 9.000 per kilogram.
Kenaikan ini, merupakan dampak dari naiknya harga bahan bakar minyak (BBM). "Kami dipusingkan dengan kenaikan ini," ujarnya.
Kondisi ini, ia melanjutkan, diprediksi akan terus berlanjut sampai pekan pertama puasa. Dengan begitu, pedagang harus putar otak supaya tidak merugi. Karena, modal yang dikeluarkan pedagang untuk belanja sayuran mengalami peningkatan juga.