Kamis 27 Jun 2013 11:40 WIB

5 Negara Belajar Tangani Permukiman Kumuh di Yogyakarta

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Citra Listya Rini
Pemukiman kumuh warga miskin
Foto: Pandega/Republika
Pemukiman kumuh warga miskin

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Perwakilan dari lima negara, Irak, Bangladesh, Sri Lanka, Azerbaijan, dan Papua Nugini melakukan kunjungan pembelajaran di Yogyakarta. Kunjungan tersebut dilakukan untuk mempelajari penanganan permukiman kumuh serta program pemberdayaan masyarakat. 

Direktur Pengembangan Permukiman Ditjen Ciptakarya Kementerian Pekerjaan Umum, Amwazi Idrus, mengatakan Indonesia terpilih menjadi tempat yang dikunjungi karena keberhasilannya dalam penanganan permukiman pasca bencana dan penanganan kawasan kumuh. 

"Dalam kunjungan tersebut para delegasi melihat praktik terbaik yang dilakukan Indonesia dalam peningkatan kualitas permukiman kumuh dan program pemberdayaan masyarakat," katanya di Sleman, Kamis (27/6).

Para delegasi dari beberapa negara tersebut melihat program rekonstruksi dan rehabilitasi masyarakat dan permukiman di Desa Pagerjurang Kepuharjo dan Dongkelsari. Yogyakarta dinilai dapat menangani permasalahan permukiman yang terjadi setelah erupsi Gunung Merapi. 

Selain itu, Yogyakarta juga dinilai menjadi contoh keberhasilan sebuah daerah dalam penanganan permukiman kumuh, rehabilitasi permukiman pascabencana, dan pelestarian budaya. 

Amwazi menambahkan para delegasi juga mengunjungi Rusunawa di Sewon, Bantul. Study visit tersebut dinilai dapat menjadi pembelajaran bagi negara-negara di Asia Pasifik untuk mengatasi masalah permukiman kumuh. 

Sekretaris Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Dadan Krisnandar mengatakan pentingnya peran masyarakat dalam pembangunan permukiman. Menurutnya, pemerintah Kota Yogyakarta, Solo, Pekalongan, dan Sawahlunto telah berhasil dalam penyelenggaraan permukiman. 

Hal ini disebabkan adanya dorongan kepedulian dan peran dari pengelola kota. Sehingga kota-kota tersebut dapat membangun kota dengan tetap memperhatikan sejarah dan budaya lokal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement