REPUBLIKA.CO.ID, MAMPANG PRAPATAN -- Kenaikan harga BBM juga diiringi dengan naiknya harga kebutuhan pokok. Hal itu membuat pengusaha warung makan 'menjerit' dan mau tak mau harus mensiasati kebutuhan dapur mereka. Beberapa di antaranya memilih mendongkrak harga.
Beberapa pengelola warung makan mengaku tidak punya pilihan lain. Jika ingin tetap warungnya bertahan mereka terpaksa menyesuaikan harga makanan yang mereka jual dengan ongkos belanja harga bahan pokok.
“Sudah tiga hari ini kita naikkin harga,” jelas salah seorang pengelola warung makan Padang, Buyung, saat dijumpai ROL di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (25/6).
Buyung adalah pemilik dan pengelola warung makan masakan padang dengan harga serba tujuh ribu rupiah. Namun sudah tiga hari ini warung tersebut menaikkan harga menjadi Rp 8.000. “Tidak ada pilihan lain, harga-harga di pasaran naik hampir dua kali lipat. Sementara kita hanya menaikkan harga seribu rupiah saja,” kata Istrinya.
Menurutnya, para pelanggan yang membeli makanan di warungnya sudah paham dengan kenaikan harga tersebut. Dan kenaikan harga yang dipatoknya dirasa sudah wajar. “Tidak ada masalah (dengan pelanggan) kok. Mereka sudah pada paham, harga sekarang sudah naik,” jelasnya.
Pedagang-pedagang warung makanan yang ada di Jakarta Selatan umumnya membeli kebutuhan dapur mereka ke Pasar Minggu. Dari pantauan Republika, selasa (25/6) ke Pasar Minggu, memang harga-harga sudah melambung beberapa hari sebelum BBM naik.
“Harganya naik sudah seminggu sebelum BBM naik,” kata salah seorang pedagang sayur kaki lima di Pasar Minggu. Prediksi mereka, harga tersebut diperkirakan akan terus naik terutama menjelang lebaran.
Salah satu yang naik adalah harga daging. Saat ini harga daging sapi mencapai Rp 100.000. Diperkirakan harga tersebut akan kembali naik menjelang lebaran hingga Rp 120.000 lebih.