REPUBLIKA.CO.ID, Mantan menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri mengaku sangat merindukan nilai-nilai ubudiyah saat bulan suci Ramadhan.
Menurutnya, nilai ubudiyah atau nilai ibadah harus mewujud dalam kehidupan sosial manusia. Puasa adalah sarana pengendalian diri, tapi sayangnya hal itu hanya tampak di permukaan saja.
Ia mencontohkan kasus korupsi yang kian marak belakangan ini. “Seolah-olah akhlak dan akidah hanya tecermin saat bulan puasa saja. Padahal, kalau kita mempelajari Islam yang sebenarnya, nilai spiritual puasa tampak di hablum minannas (hubungan dengan sesama manusia),” ujar penggemar kolak kolang-kaling ini saat ditemui di Gedung BPPT, akhir pekan lalu.
Rokhmin menambahkan, puasa adalah sharing dan caring. Rasa dahaga yang dirasakan saat berpuasa akan membuat kita lebih berbelas kasih terhadap orang yang lebih membutuhkan. Sehingga, dalam pandangannya seorang Muslim yang baik adalah yang tidak boros dan hedonis.
Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia tersebut juga menyebut hadis Nabi yang menyatakan, “Bukan umatku jika mampu tidur nyenyak, sedangkan 40 rumah di sekitarnya kelaparan.” Ia melihat ada split personality dalam ajaran Islam. Misalnya, seseorang tampak puasa, tapi tetap berbuat maksiat. Orang semacam ini belum khusyuk dalam shalatnya.
Menjelang Ramadhan tahun ini, Rokhmin mengaku merindukan pula saat-saat berbuka puasa bersama keluarga. Aktivitasnya yang sangat padat menyebabkannya harus rela berbuka puasa bersama teman-teman di luar rumah. Begitu juga dengan shalat tarawih. Biasanya hanya tiga perempat dari bulan Ramadhan, yakni ia mampu menunaikan tarawih bersama keluarga.
“Sangat jarang sama keluarga. Hampir 70 persen buka puasa dan tarawih itu bersama teman-teman. Sepekan terakhir Ramadhan biasanya nggak ada undangan, jadi bisa bersama keluarga,” kata pria yang juga penikmat tadarus dan i’tikaf ini.