REPUBLIKA.CO.ID, BAGAN SIAPIAPI, RIAU -- Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo batal menyaksikan ritual Bakar Tongkang yang diselenggarakan warga masyarakat Tionghoa di Kota Bagan Siapiapi, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, pada Senin. Sharif batal menghadiri acara tersebut karena helikopternya terkendala kabut asap.
"Jarak pandang di udara kurang dari 200 meter, sehingga helikopter yang ditumpangi menteri tidak jadi mengudara," ujar Pelaksana Tugas Kepala Pudatin Kementerian Kelautan dan Perikanan Hardiansyah, Senin.
Menurut dia, jarak aman bagi sebuah helikopter untuk mengudara harus 500 meter sehingga tidak membahayakan penerbangan jenis helikopter.
Padahal, Hardiansyah, Menteri Kelautan dan Perikanan bersama Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Gellwynn Yusuf sudah berada di VIP Lancang Kuning, Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru sejak pukul 09.25 WIB.
"Tadi bapak menteri telah menunggu lama sekitar dua jam, sebelum membatalkan keberangkatan ke Bagan Siapiapi karena kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan yang melanda Riau," katanya.
Sejarah lisan ritual Bakar Tongkang diawali pada abad 19. Ketika itu sekitar 18 orang Tiongkok bermigrasi ke Pulau Sumatera. Mereka berlayar menggunakan tiga kapal kayu yang disebut wang kang atau tongkang.
Di tengah pelayaran, badai menghantam dua tongkang. Sedangkan tongkang yang selamat, akhirnya sampai di Bagan Siapiapi yang pada saat itu masih berupa hutan belantara. Di dalam tongkang yang selamat tersebut, terdapat patung dewa laut Ki Ong Ya dan Tai Su Ong.
Satu abad setelah pendaratan di Bagan Siapiapi, warga Tionghoa di Kabupaten Rokan Hilir menggelar ritual Bakar Tongkang atau yang disebut Sio Ong Cuan.
Dalam pelaksanaannya, sebuah kapal replika dibuat lalu diinapkan di Kelenteng Eng Hok King, tempat ibadah tertua umat Konghucu yang terletak di tengah kota untuk selanjutnya dibakar.