Senin 24 Jun 2013 06:49 WIB

Masyarakat Sulawesi Masih Kuat Jalankan Kearifan Lokal

Rep: Priyantono Oemar/ Red: Heri Ruslan
Masyarakat Minahasa
Foto: antara
Masyarakat Minahasa

REPUBLIKA.CO.ID, MINAHASA -- Tim ahli Sosial Budaya (Sosbud) Ekspedisi NKRI/Sulawesi mendata banyaknya kearifan lokal yang masih dijalankan masyarakat di Sulawesi.

‘’Dari hasil pengolahan sementara, 70 persen kearifan lokal masih dijalankan masyarakat,’’ ujar tenaga ahli Sosial Budaya Ekspedisi NKRI/Sulawesi, Abriveno YL Pitoy, Ahad (23/6).

Saat ini, tim ahli sosbud tengah mengolah data lapangan yan dilaporkan sembilan subkorwil ekspedisi. Di Subkorwil Minahasa  saja, kata Pitoy, dari satu desa didapatkan 85 kearifan lokal. Kearifan lokal yang masih dijalankan, menurut Pitoy, adalah kearifan lokal di bidang pangan dan beberapa di bidang seni.

Selain mengolah data dari Subkorwil Minahasa, tim ahli juga mengolah data dari Subkorwil Sangir, Subkorwil Bone Bolango, Subkorwil Sigi, Subkorwil Mamuju, Subkorwil Tanah Toraja, Subkorwil Luwuk Banggai, Subkorwil Gowa, dan Subkorwil Kolaka.

Ekspedisi diprakarsai oleh TNI melibatkan berbagai perguruan tinggi, berlangsung sejak 7 Maret hingga 4 Juli.

Tim Sosbud Subkorwil Minahasa melakukan penelitian di 10 desa di wilayah bukit dan pesisir. Di wilayah bukit ada enam desa yang dimasuki, yaitu Paso, Pinabetengan, dan Kasuratan di Kabupaten Minahasa, Kakaskasen di Kabupaten Tomohon, Pelita dan Tondey di Kabupaten Minahasa Selatan. Di wilayah pesisir ada Desa Moinit dan Pinasungkulan di Minahasa Selatan dan Desa Tumbak serta Desa Tumbak Madani di Kabupaten Minahasa Tenggara.

‘’Temuan kearifan lokal di masing-masing desa berbeda-beda, meski ada juga yang sama,’’ ujar Sandi Santosa, anggota peneliti Sosbud Minahasa.

Erwan Aris, anggota Tim Sosbud Subkorwil Minahasa, menyebut salah satu kearifan yang ada di Desa Tumbak dan Tumbak Induk di pesisir Minahasa Tenggara. Karena terbatasnya lahan, sehingga tak memungkinkan membuat kandang, warga memelihara kambing secara bebas. Dua desa ini berada di lahan yang diapit Laut Manado dan rawa. ‘

’Jika ada tanaman yang dimakan kambing, yang salah bukan pemilik kambingnya, tapi pemilik tanaman karena tak memagari tanamannya. Jadi, kambing dilepas, tanaman dipagari,’’ ujar Erwin.

Olahan sementara data yang masuk dari Subkorwil Luwuk Banggai, Sulawesi Tengah, ada 37 kearifan lokal yang dikumpulkan oleh tim sosbud, tim flora-fauna, dan tim kehutanan.

‘’Kearifan-kearifan lokal itu mencakup berbagai hal, mulai dari pangan, kesehatan, seni, sistem peringatan dini, pertanian, sumber daya alam, hingga ke resolusi konflik,’’ ujar Pitoy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement