Ahad 23 Jun 2013 22:00 WIB

Pengecer di Cirebon Galau Tentukan Harga Premiun

Polisi memeriksa seorang pedagang pengecer bahan bakar minyak (BBM), di Polres angli, Bali, Rabu (28/3) (Foto: Antara/Nyoman Budhiana)
Polisi memeriksa seorang pedagang pengecer bahan bakar minyak (BBM), di Polres angli, Bali, Rabu (28/3) (Foto: Antara/Nyoman Budhiana)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Para pedagang pengecer di daerah Pantura Kabupaten Cirebon dan Indramayu kesulitan menentukan harga jual bahan bakar minyak (BBM) jenis premium setelah naik.

Santoso, salah seorang pedagang premium eceran di Kecamatan Beber Kabupaten Cirebon, Ahad (23/6), mengatakan, usai naik BBM para pedagang masih kesulitan menentukan harga premium eceran, sebelumnya mereka jual Rp 5000 per liter, saat itu dari SPBU Rp 4500 per liter.

Kini, harga premium mencapai Rp 6500 per liter, belum ditambah ongkus angkut dari SPBU, jika dijual Rp 7000 pengecer rugi sedangkan terlalu mahal konsumen memilih beli langsung.

Dirinya berharap ada kesepakatan dan pengertian sesama pedagang premium eceran untuk tentukan harga.

Sementara itu Kasmad pedagang premium (bensin) eceran di Cirebon mengaku, kesulitan menyesuaikan harga eceran premium, jika terlalu tinggi khawatir konsumen tidak membeli.

"Saat harga premium Rp 4500 per liter masih mendapatkan untung dijual Rp 5000, kini sulit kalau dijual Rp 7000 per liter tidak sebanding dengan modal pengecer," katanya.

Muhamad salah seorang konsumen mengaku, masih wajar harga premium dijual eceran Rp 7500 per liter usai kenaikan, karena dari SPBU sudah Rp 6500 belum ongkos angkut pedagang eceran.

Menurut dia, konsumen butuh pemahanan terkait keutungan pedagang premium eceran, karena mereka pasti dibebani biaya saat membeli bensin tersebut di SPBU, ditambah ongkos angkut penuh resiko.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement