REPUBLIKA.CO.ID, TERNATE -- Pemerintah Kota Ternate, Maluku Utara, menaikan tarif angkutan kota (angkot) di wilayahnya untuk penumpang umum sekitar 40 persen atau dari Rp 3.000 menjadi Rp 4.000 menyusul naiknya harga bahan bakar minyak (BBM).
"Sedangkan untuk mahasiswa dan pelajar tarifnya naik dari Rp 2.500 menjadi Rp 3.000. Tarif ini mulai berlaku 23 Juni 2013," kata Kabag Humas dan Protokoler Pemkot Ternate Thamrin Marsaoli di Ternate, Ahad (23/6).
Khusus untuk rute luar kota, seperti dari Terminal Gamalama tujuan Sasa naik dari Rp 4.000 menjadi Rp 5.000 untuk penumpang umum dan dari Rp 3.000 menjadi Rp 3.300 untuk mahasiswa dan pelajar. Tarif yang sama juga untuk rute Terminal Gamalama tujuan Tabam.
Menurut Thamrin, besaran kenaikan angkot tersebut merupakan hasil kesepakatan antara Pemerintah Kota Ternate dengan Organda, pengusaha angkutan kota dan asosiasi sopir angkot Kota Ternate yang digelar setelah pemerintah menaikkan harga BBM. Penetapan besaran kenaikan tarif angkot tersebut telah memperhitungkan secara matang biaya operasional yang dikeluarkan oleh pengusaha angkutan kota, khususnya BBM dan suku cadang kendaraan serta kemampuan masyarakat setempat setelah pemerintah menaikan harga BBM.
Thamrin menhimbau sopir angkot di Ternate tidak memungut tarif angkot di luar keputusan tersebut, begitu pula masyarakat diharapkan menerima keputusan tersebut, walaupun disadari mengakibatkan meningkatnya pengeluaran masyarakat untuk transportasi.
Khusus untuk tarif ojek sepeda motor yang banyak beroperasi di Ternate, tidak ditetapkan oleh pemkot karena ojek sepeda motor bukan angkutan resmi, walaupun cukup berperan pendukung kelancaran transportasi masyarakat di daerah ini. "Tarif ojek sepeda motor diserahkan pada kesepakatan antara pemilik ojek sepeda motor dengan penumpang, namun diharapkan kenaikannya jangan sampai terlalu membebani masyarakat," katanya.
Sementara itu sejumlah mahasiswa di Ternate menyoroti besaran tarif untuk mahasiswa pada rute Terminal Gamalama dengan luar kota, seperti tujuan Sasa sebesar Rp 3.300. Mereka menilai kalau mahasiswa membayar Rp 4.000 pasti hanya dikembalikan Rp 500 dengan alasan uang receh Rp 100 atau Rp 200 tidak ada.