REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA -- Menjelang perhelatan Festival Kebudayaan Dieng (Dieng Culture Festival/ DFC), menjadi masa panen bagi pemilik home stay dan penginapan di dataran tinggi Dieng.
Pemasanan tempat di home stay dan penginapan tersebut terus mengalih, bahkan saat ini seluruh home stay sudah habis dipesan. "Untuk menginap selama pelaksanaan DFC, 29-30 Juni mendatang, home stay dan penginapan di Dieng memang sudah habis dipesan," jelas Ketua Masyarakat Sadar Wisata Dieng Pandawa, Alif Fauzi, Jumat (21/6).
Untuk itu, dia mengaku telah meminta penduduk Dieng agar rumahnya mau dijadikan penginapan sementara. Hal ini mengingat permintaan tempat untuk menginap masih terus mengalir.
"Meski dengan tempat yang ala kadarnya, saya kira para wisatawan yang akan menyaksikan DFC, akan bisa menerima," katanya.
Dia menyebutkan, untuk kebutuhan menginap, panitia sebenarnya juga sudah menyiapkan area untuk mendirikan tenda. Letaknya berada di lapangan sekitar Komplek Candi Arjuna dan berdekatan dengan Candi Gatotkaca.
Untuk itu, pengunjung bisa menggunakan tenda yang disediakan panitia atau membawa tenda sendiri. Namun dia mengingatkan, temperatur udara di Dieng sangat dingin, bahkan pada malam hari bisa mencapai 10 derajat celsius.
Semnetara, pihak panitia hanya bisa menyediakan beberapa tenda shelter berkapasitas 5 orang tanpa dilengkapi sleeping bag. "Karena itu, kami minta agar pengunjung yang hendak menginap di tenda, agar menyiapkan pakaian penghangat berupa jaket tebal, sarung tangan dan sepatu. Ini dimaksudkan agar para pengunjung tidak kedinginan," katanya.
Perhelatan DFC yang rencananya akan digelar pada 29-30 Juni ini, akan diisi dengan berbagai acara seperti pesta lampion, pesta kembang api, beragam kesenian tradisional khas Deing, pemotongan rambut anak berambut gumbal, dan ditutup dengen pertunjukan Jazz yang bertajuk 'Jazz di Atas Awan'.
Dalam pesta lampion, menurut Alif, akan diterbangkannya sekitar 100 lampion di atas Candi Arjuna pada malam hari. "Lampion tersebut diterbangkan sebagai simbol doa dan harapan agar kehidupan bisa menjadi lebih baik di masa datang," katanya menjelaskan.
Acara ini, kemudian akan dilanjutkan dengan pesta kembang api di pelataran Candi Arjuna. Momen ini bisa dimanfaatkan penghobi foto untuk mangabadikan gambar berlatar candi peninggalan Agama Hindu.
Sedangkan untuk pemotongan rambun anak berambut gimbal, Alif menyebutkan, sementara ada lima anak berambut gimpal yang akan dipotong rambutnya.
Namun dia menyebutkan, jumlah angka ini baru sementara, dan masih mungkin bertambah bila pada saat-saat terakhir, ada orang tua dari anak berambut gimbal yang rambut anaknya ingin dipotong.
"Yang penting, begono atau permintaan anak-anak berambut gimbal itu tidak memberatkan panitia," katanya menjelaskan.
Kelima anak yang sementara akan dipotong rambutnya itu, tidak hanya merupakan anak-anak yang tinggal di Dieng. Ada dua anak di antara kelima anak itu, yang berasal dari luar Dieng. Yakni, Mazaya Fiza Labibah dari Bekasi, Jawa Barat, dan Lista binti Latif dari Garung, Kabupaten Wonosobo.
Sedangkan tiga anak lainnya, merupakan anak-anak warga Dieng, yakni Nuria binti Tutur dari Desa Karangtengah, Kecamatan Batur, Banjarnegara, dan dua anak dari Desa Pawuhan yang belum ada data identitasnya.