Jumat 21 Jun 2013 18:08 WIB

Granat: Negara Dilecehkan Napi-Napi Narkoba

Rep: Gilang Akbar Prambadi/ Red: Djibril Muhammad
Henry Yosodiningrat
Henry Yosodiningrat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerakan Anti Narkotika (Granat) mengecam sikap pemerintah yang belum mampu membersihkan Lembaga Permasyarakatan (Lapas) dari jaringan Narkoba.

Menurut Granat, aksi sejumlah napi bandar Narkoba yang masih bisa mengendalikan bisnis dari dalam Lapas sudah amat membuat martabat negara tercoreng.

"Negara sudah habis dilecehkan oleh napi-napi Narkoba, benar-benar membuat malu bila terus seperti ini," ujar Ketua Umum Granat Henry Yosoediningrat kepada Republika Kamis (20/6).

Henry menekankan, sedikitnya ada tiga poin yang membuat Lapas masih menjadi surga bagi para pengedar Narkoba membangun bisnisnya.

Pertama, proses eksekusi kepada terpidana mati yang lelet menjadi biang para napi masih bebas beraksi. Hal ini, kata dia, turut menjadi faktor leluasanya napi mengatur jaringannya dari balik Lapas.

Ia memandang, sembari menunggu proses hukum seperti pengajuan kembali (PK) hingga grasi selesai, banyak napi yang memanfaatkannya sebagai momen tawar-menawar.

"Kalau lama, bisa jadi celah bagi napi untuk terus berbisnis dan menyogok supaya hukumannya diringankan," kata dia.

Kedua, mental dari para petugas Lapas yang masih tergoda iming-iming napi bandar Narkoba. Dengan imbalan uang, tak jarang petugas Lapas rela membantu mereka.

Dari mulai meminjamkan alat komunikasi yang digunakan napi untuk menjalankan bisnis Narkoba."Hingga menutup mata akan adanya aksi bisnis Narkoba di dalam Lapas," ujarnya.

Terakhir dan paling utama, Henry menyoroti lemahnya niatan dari pemerintah dalam hal ini Kementerian Hukum (Kemenkum) HAM dalam membangun Lapas yang bersih.

"Tanya sama pak Amir Syamsudin (Menkum HAM), saya cerewet minta ke dia agar membuat Lapas ini menjadi Area Blank Spot, supaya tidak ada lagi sinyal komunikasi di dalam Lapas," jelas Henry.

Dia memaparkan, Area Blank Spot ini menjadi penting untuk diwujudkan agar gerak-gerik napi Narkoba dalam berinteraksi dengan dunia luar terputus. Dengan demikian, menurut dia, otomatis napi bandar Narkoba tak akan bisa menjalankan bisnisnya.

Ide tersebut, menurut Henry, sudah lama ia dengungkan sejak sepuluh tahun yang lalu. Bahkan dia berujar pernah berbicara kepada Amir mengenai hal ini sehari sebelum pelantikannya sebagai Menkum HAM. "Tanya saja, pak Amir pasti ingat betul apa yang saya minta," kata Henry.

Lebih jauh, Henry mengaku sangat bingung, faktanya alat komunikasi adalah faktor utama bisnis Narkoba berjalan dari dalam Lapas. "Tapi kenapa ide ini masih belum bisa dicanangkan, kalau saya Menkum HAM-nya, tiga hari saya bereskan problem ini," kata dia dengan nada meninggi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement