Kamis 20 Jun 2013 12:56 WIB

Redam Asap di Riau, BNPB dan BPPT Siapkan Hujan Buatan

Titik panas kebakaran hutan di Sumatra
Foto: ANTARA
Titik panas kebakaran hutan di Sumatra

REPUBLIKA.CO.ID, YOGJAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan membuat hujan buatan untuk mengatasi kabut asap akibat dari kebakaran lahan dan hutan di Kepulauan Riau (Kepri).

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan untuk pelaksanaan hujan buatan tersebut BNPB sudah menyiapkan dana sebanyak Rp 25 milyar melalui dana siap pakai BNPB.

Sutopo mengungkapkan kabut asap Kepri yang sampai hingga Singapura membuat pemerintah Singapura prihatin. Hal tersebut disebabkan karena kabut asap tersebut menutupi sebagian wilayah Singapura dan mengganggu pernafasan warga Singapura.

"Menurut berbagai media kabut asap tersebut mengganggu akivitas sehari-hari masyarakat di Singapura," kata Sutopo Kamis (20/6).

BNPB bersama BPPT akan menggelar hujan buatan ketika diperlukan untuk memadamkan kebakaran lahan dan hutan. BNPB sebagai koordinator dan BPPT sebagai pelaksana dari hujan buatan tersebut. Waktu pelaksanaan tergantung dengan kebutuhan di lapangan.

Pantauan hotspot tanggal 18 Juni 2013 berdasarkan data satelit NOAA18 di Kementerian Kehutanan, jumlah hotspot di Riau 148 titik, Jambi 26 titik, Kalbar 22 titik, Sumsel 6 titik, dan Sumbar 5 titik. Hotspot juga terjadi di negara lain seperti Malaysia 8 titik, Thailand, Lao PDR, Vietnam, Cambodia 29 titik, dan Myanmar 17 titik. Jumlah tersebut belum dikategorikan besar jika dibandingkan puncak kemarau yang seringkali mencapai ribuan titik.

Sedangkan jumlah luasan lahan gambut terbakar di Kepri mencapai 850 ha. Luas yang sudah dipadamkan 650 ha dengan jumlah personel 105 orang.

"Sampai saat ini upaya pemadaman masih berlangsung," kata Sutopo.

Menurut Sutopo fenomena terjebaknya kabut asap di wilayah Singapura, meskipun jumlah dan luas hotspot relatif kecil, disebabkan pengaruh dari anomali cuaca. Munculnya pusat-pusat tekanan rendah merubah sirkulasi massa uap air. Hal ini mngakibatkan terjadinya bencana asap yang tidak mengikuti pola umum.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement