Senin 17 Jun 2013 20:19 WIB

Demo Penolakan BBM Ricuh, Polisi Diminta tak Represif

Rep: Gilang Akbar Prambadi/ Red: Dewi Mardiani
Ketua Prisidium Indonesian Police Watch, Neta S Pane (kiri)
Foto: Republika/Tahta Adilla
Ketua Prisidium Indonesian Police Watch, Neta S Pane (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi demonstrasi penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di sejumlah daerah berlangsung ricuh. Tak hanya itu, tercatat beberapa insiden penembakan juga terjadi di dua lokasi berbeda.

 

Di Jambi, bentrokan terjadi antara mahasiswa yang berdemo dengan pasukan polisi setempat. Satu orang terkena tembakan dan kini sedang menjalani perawatan akibat proyektil gas air mata menghantam pelipisnya. Sedangkan di Ternate, Maluku Utara, enam orang terluka, di mana satu diantaranya ialah anggota polisi yang sedang ikut mengamankan aksi unjuk rasa.

 

Menilai kejadian ini, Indonesia Police Watch (IPW) meminta agar Polri dapat meredam aksi represif anggotanya yang bertugas mengamankan jalannya unjuk rasa. Menurut Ketua Presidium IPW, Neta S Pane, apa yang sedang diperjuangkan para demonstran pada akhirnya demi kepentingan para polisi juga.

 

“Polisi itu yang di lapangan gajinya kecil, kalau BBM naik mereka juga akan ikut kerepotan, dan sekarang perjuangan sedang dilakukan,” kata dia Senin (17/6) di Jakarta.

 

Neta mengatakan, sejauh ini ada 45 tempat yang menjadi lokasi aksi demonstrasi penolakan kenaikan harga BBM. Dari data yang dihimpun IPW di seluruh Indonesia, sedikitnya 52 mahasiswa luka-luka dan empat polisi mengalami cedera. “Selain itu ada 15 mahasiswa yang diamankan, dengan tuduhan dianggap sebagai provokator, polisi harus bisa lebih humanis,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement