REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Angkutan perkotaan di Daerah Istimewa Yogyakarta terutama yang non-TransJogja sudah semakin terpuruk. Selain semakin sedikit jumlahnya, jam trayeknya pun semakin maju.
Bila sudah melewati pukul 17.00 hampir semua bus kota non TransJogja tak ada yang beroperasi.
Untuk mengatasi hal itu, semua angkutan perkotaan di Yogyakarta akan dialihkan ke program BRT (//Bus Rapid Transport//). Bus-bus lama akan diganti baru, kata Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) DIY Tjipto Haribowo pada Republika.
Intinya, dia menjelaskan, bus yang lama diremajakan ke sistem BRT. Jadi nanti untuk perkotaan hanya ada TransJogja.
Diharapkan 2016 sudah bisa full sistem BRT.
Dia mengakui, memang pengalihan ke program BRT tidak bisa instan. ''Walaupun nanti semua pakai TransJogja, hal itu tidak menjamin kemudian motor akan berkurang drastis. Tentunya ada proses dan itu sudah mulai dilakukan sekarang,''ujarnya.
Tjipto mengatakan jalur-jalur baru TransJogja mulai akan dilelang tahun depan dan itu membutuhkan sekitar 250 bus.
Hal itu berarti akan ada 500 bus lama yang akan dihapus. Sekarang yang masih beroperasi sekitar 350 bus lama.
Banyak hal yang harus dilakukan supaya angkutan massal kembali menari.
Sementara menurut Wakil Ketua Komisi C DPRD DIY Arif Rahman Hakim, bila semua angkutan kota dialihkan ke BRT dan konsepnya seperti sekarang yakni buy by service alias dibayar Pemda, maka APBD DIY tak akan kuat.
Oleh karena itu harus ada kajian yang lebih komprehensif soal itu.