REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nasir Djamil mendesak pihak kepolisian agar segera mengungkap motif kasus penculikan terhadap tenaga kerja asing oeh kelompok bersenjata api yang terjadi di kawasan Peureulak, Aceh Timur, pada Selasa (11/6) lalu.
"Kasus itu telah berdampak negatif terhadap upaya pemerintah menggairahkan iklim investasi di Aceh," kata anggota Komisi III DPR ini saat dihubungi Republika, Jumat (14/6).
Polda Aceh berhasil membebaskan warga negara Skotlandia bernama Malcom Primrose (60) yang merupakan pekerja dari PT Medco E&P Malaka itu.
"Saya salut dengan Polda Aceh karena dapat dengan cepat berhasil membebaskan korban. Tapi saya minta Polda Aceh agar menjelaskan siapa pelaku dan motifnya apa agar semua terang benderang dan jangan ada yang ditutup-tutupi," ujar pria asal Aceh yang juga Ketua Forum bersama (Forbes) anggota DPR/ DPD RI asal pemilihan daerah daerah Aceh itu.
''Kalau tidak transparan nanti seolah-olah hukum di Aceh tidak berjalan. Saya sangat menyesalkan alasan apa pelaku dibebaskan, nah ini juga harus dijelaskan," kata Nasir menerangkan.
"Kasus penculikan itu juga mengesankan kita bahwa masih banyak senjata api di tangan masyarakat sipil di Aceh. Selain mengesankan daerah ini masih seram, sehingga orang akan enggan datang ke Aceh," tutur yang mengungkapkan di Aceh memang masih ada masyarakat sipil memiliki senjata api.
''Saya juga meminta kepolisian Aceh untuk menuntaskan masih banyaknya kepemilikan senjata api di masyarakat, karena selama itu belum dituntaskan kasus-kasus penculikan masih berpeluang terjadi di Aceh,'' jelas Nasir.
Menurut Nasir, kasus penculikan warga negara asing tersebut disebabkan karena motif mencari uang. Tentu peristiwa tersebut akan mengkwatirkan para investor yang akan berinvestasi di Aceh. "Saya berharap masyarakat dan pekerja asing di Aceh agar tetap waspada," harap politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.