Jumat 14 Jun 2013 16:32 WIB

Daging Impor Ancam Peternak Kalsel

Peternakan sapi
Foto: Edwin/Republika
Peternakan sapi

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Masuknya daging dan jeroan impor ke Kalimantan Selatan (Kalsel) saat ini mulai meresahkan peternak sapi maupun kerbau karena bisa merusak pasaran daging di daerah.

Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Hulu Sungai Utara, Akhmad Rijani mengatakan, masuknya daging dan jeroan impor yang mungkin tidak ASUH yaitu aman, sehat, utuh dan halal, menjadi salah satu ancaman bagi peternak Kalsel.

Begitu juga dengan masuknya ternak kerbau dari luar yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip karantina dalam pencegahan penyakit menular, juga menjadi ancaman yang harus mendapatkan perhatian seluruh pihak. Selain itu, alih fungsi lahan penggembalaan kerbau, menurunnya bobot badan dan kualitas bibit kerbau yang dipelihara, dan tingginya pemotongan ternak besar di HSU juga cukup mengkhawatirkan, bagi keberlangsungan populasi kerbau rawa Kalsel.

"Potensi pengembangan kerbau rawa dan itik di HSU sangat luar biasa, dan hal ini perlu mendapatkan dukungan seluruh pihak," katanya di Banjarmasin, Jumat (14/6).

Menurut Rijani, potensi pengembangan kerbau rawa HSU sangat besar, karena kebutuhan daging dalam setiap harinya mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Hal tersebut bisa dibuktikan, dengan tingginya permintaan daging, baik pada hari biasa maupun pada hari besar. "Kebutuhan daging ASUH terus bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan masyarakat, dan pentingnya protein hewani," katanya.

Mengembangkan potensi tersebut, kata dia, kini pihaknya terus meningkatkan sistem pemeliharaan secara terintegrasi dan dukungan teknologi tepat guna melalui sistem kawin suntik. Selain itu, kata dia, juga dukungan politik dengan melakukan kerja sama instansi lembaga dan kementerian, Pemda, BUMN dan investor. Saat ini jumlah kerbau di HSU mencapai 8.404 ekor dan diharapkan pada 2016 telah mencapai 11.213 ekor.

Memenuhi target tersebut, Pemkab HSU melakukan langkah-langkah antara lain mengendalikan tingkat kematian kerbau, meningkatkan pembinaan dan pengawasan pemotongan betina produktif, pencegahan penyakit zoonosis, mencegah perkawinan sedarah, dan beberapa upaya lainnya. Upaya pengembangan ternak kerbau tersebut, mendapatkan dukungan dari Bank Indonesia wilayah Kalimantan melalui penelitian tentang peluang dan potensi kerbau rawa di Kalsel.

"Agar bisa mendapatkan dukungan perbankan, kami perlu melakukan intermediasi antara bank dengan peternak serta memberikan sumbang saran pemanfaatan daging kerbau sebagai salah satu alternatif dalam memenuhi kebutuhan daging nasional," katanya.

Menurut Dadi, apabila potensi tersebut bisa diberdayakan secara optimal, maka selain dapat mengurangi ketergantungan impor daging, juga pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan para peternakan kerbau dan masyarakat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement