REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Harga beras di sejumlah pasar tradisional mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Kenaikannya sampai Rp 1.000 per kilogram. Ada dua faktor penyebab kenaikan ini, yaitu hasil panen musim rendeng yang jelek serta dipicu rencana pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Yatni (52 tahun), pemilik toko beras grosir, di Pasar Cikampek, Karawang, mengatakan kenaikan itu sudah terjadi sejak sepekan terakhir. Untuk beras kualitas sedang, saat ini harganya Rp 8.200 per kilogram. Tadinya, hanya Rp 7.200 per kilogram. Sedangkan, kualitas jelek mencapai Rp 7.000 dari Rp 6.000 per kilogram. Untuk kualitas super, mencapai Rp 9.500 dari sebelumnya Rp 8.500 per kilogram.
"Kenaikan ini, disebabkan jeleknya hasil panen rendeng. Sehingga, suplai berasnya berkurang," ujar Yatni, Kamis (13/6). Selain karena hasil panen yang jelek, pemicu kenaikan ini disebabkan kebijakan pemerintah yang akan menaikan BBM. Jadi, para tengkulak beras akhirnya menaikan harga komoditi itu.
Saat harga beras normal, lanjut dia, biasanya pelanggan akan membelinya dengan sistem karungan. Misalkan, sekarung yang 15-25 kg. Akan tetapi, karena sekarang harganya mahal, jadi mereka banyak yang membeli dengan sistem literan. Maksimalnya juga 10 liter.
Aam Amirah (63 tahun), ibu rumah tangga asal Perum Sukaseuri, Cikampek, mengaku, kenaikan harga beras saat ini sudah gila-gilaan. Bahkan, untuk satuan liter kenaikannya sangat tinggi. Biasanya, dua liter beras harganya hanya Rp 11 ribu kini jadi Rp 15 ribu. "Jadi, naiknya sampai Rp 4.000 per dua liter," ujarnya.