REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) belum mengetahui penyebab kecelakaan pesawat Merpati MA-60 di Bandara El Tari Kupang, Senin
(10/6) silam. KNKT membutuhkan waktu 12 bulan untuk mengetahui sebab pasti jatuhnya pesawat.
"Kami sudah mengumpulkan bukti-bukti di lapangan, namun kami harus mengolah data-data itu," kata Ketua Tim Investigasi kecelakan pesawat Merpati MA-60 Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Kapten Hairudin, kepada wartawan di Kupang, Rabu.
Menurut dia, pihaknya membutuhkan waktu yang lama untuk menyimpulkan penyebab kecelakaan karena harus mengolah data dan bukti. "Kotak hitamnya sudah dibawa ke Jakarta untuk diteliti," katanya.
Hari ini, katanya, KNKT selesai melakukan penyelidikan atas kecelakaan Merpati di Bandara El Tari Kupang. Data dan bukti yang diambil KNKT yakni FPR dan CVR, serta fakta kecelakaan. "Data dan fakta ini yang akan diolah di Jakarta," katanya.
Dia mengatakan, pihaknya juga masih membutuhkan keterangan dari pilot dan penumpang pesawat. Namun, pilot masih trauma, dan telah kembali ke Jakarta, sehingga belum bisa dimintai keterangan.
"Kita belum mendengar keterangan dari pilotnya karena masih trauma dan syok dan saat ini sudah ada di Jakarta untuk istirahat," katanya.
Direktur operasional Merpati, Deny Satrio Trihandoko, mengaku pesawat Merpati yang mengalami kecelakaan di Bandara El Tari Kupang, karena kekosongan udara saat hendak mendarat, akibatnya pesawat mengalami 'hard landing' di Bandara El Tari.
"Penyebabnya karena kekosongan udara saat mendarat," katanya.
Pesawat Merpati MA-60 mengalami kecelakaan di Bandara El Tari Kupang, Senin (10/6) silam, akibatnya bandara sempat ditutup, dan puluhan penumpang dirawat.