Sabtu 08 Jun 2013 12:06 WIB

Minat Baca dan Mutu Pendidikan Indonesia Masih Rendah

Rep: Wahyu Syahputra/ Red: Djibril Muhammad
Anak SD berbaris.  (ilustrasi)
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Anak SD berbaris. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KAMAL MUARA -- Masih rendahnya pendidikan dan minat baca di Indonesia membuat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak merasa perlu membangun tradisi membaca.

Pembangunan tradisi tersebut dengan memberi dukungan di Kelompok Belajar Anak Nelayan (KBAN) di Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara. Sokongan pendidikan yang bekerja sama dengan PT Amerta Indah Otsuka menyumbang 1.640 buku.

"Ini untuk menumbuhkan minta baca," kata Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Wahyu Hartomo, Sabtu (8/6).

Wahyu mengatakan, salah satu faktor penyebab rendahnya minat baca karena terbatasnya jumlah perpustakaan di sekolah. Ini yang menyebabkan, Indonesia berada di posisi 69 dari 127 negara menurut indeks pembangunan pendidikan UNESCO.

Bahkan dari seribu penduduk, hanya ada satu orang yang masih memiliki minat baca tinggi. "Indeks membacanya hanya 0,001," kata Wahyu.

Sementara, Corporate Affair Director PT Amerta Indah Otsuka, Pratiwi Juniarsih mengatakan, pihaknya merasa terpanggil untuk membuat program 'satu hati cerdaskan bangsa'.

Menurut Pratiwi, program ini merupakan tanggung jawab dari perusahaan secara sosial terhadap masyarakat terutama siswa dan siswi di Indonesia. "Kita ingin giatkan tradisi membaca anak-anak, dan kita merasa bertanggung jawab," katanya.

Ketua Kelompok Belajar Anak Nelayan Syamsudin mengatakan, cita-cita anak akan terwujud dengan intensitas membaca yang tinggi.

Akan tetapi, membaca perlu buku yang berkualitas, dan pemerintah diharapkan untuk memerhatikan keadaan kelompok belajar di seluruh Indonesia. "Ini adalah cara penambahan mutu pendidikan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement