Kamis 06 Jun 2013 15:27 WIB

Dua Dampak Kenaikan Harga BBM yang Memukul Rakyat

Rep: Wahyu Syahputra/ Red: Karta Raharja Ucu
Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).   (ilustrasi)
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Ekonomi Universitas Jayabaya, Norman Edi Hasibuan mengatakan, ada dua dampak terkait kenaikan BBM bersubsidi.

Norman menjelaskan, sebenarnya secara menyeluruh di negara manapun kenaikan BBM akan menimbulkan efek domino. "Sekalipun kenaikan BBM baru tahap sosialisasi," katanya kepada ROL, Kamis (6/6).

Menurut Norman, ada yang berubah dalam sistem penyampaian di Indonesia. Zaman orde baru yang dipimpin Soeharto, kepastian kenaikan BBM tidak lama berselang. Malam dirapatkan, pagi dilaksanakan.

Sementara, saat ini pemerintah terkesan memberi peluang terjadinya goncangan harga. Bukan masalah harga naiknya, tapi dampak yang ditimbulkan. "Ada dua dampak dari lamanya pelaksanaan kenaikan," tutur Norman.

Yang pertama, dampak yang tidak jelas dan dampak jelas. Dampak yang tidak jelas seperti kenaikan harga bahan pokok sebelum naiknya harga BBM atau masih tahap sosialisasi. "Nanti kalau sudah dilaksanakan, harga naik lagi," tuturnya menganalisa.

Apalagi, kenaikan harga BBM menjelang bulan Ramadhan dapat menyebabkan menurunnya kesejahteraan masyarakat. Akhirnya, kriminalitas seperti penimbunan bahan bakar banyak terjadi.

Menurut Norman, BBM tidak harus dinaikkan. Banyak cara lain yang bisa dilakukan pemerintah seperti pengubahan solusi penggunaan minyak ke gas.

Berdayakan sarjana yang sudah diakui keilmuannya untuk mengalihkan minyak ke gas. Selain itu, sumber daya alam Indonesia yang melimpah harus segera dipegang Indonesia. "Segera mandiri, kita sudah 50 tahun lebih merdeka," imbuhnya mengakhiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement