REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pengusaha di Yogyakarta yakni PT AI Cahaya Yogyakarta melakukan kerja sama dengan pihak swasta di Jepang untuk melakukan pembesaran, pengolahan dan ekspor sidat laut (unagi), dengan status PMA (Penanam Modal Asing dalam hal ini Jepang) 70 persen dan Indonesia 30 persen.
Selama ini Indonesia dikenal sebagai eksportir benih sidat laut. "Jika pola ekspor benih sidat laut diganti dengan ikan ukuran konsumsi maka akan meningkatkan nilai ekonomisnya," kata Komisaris Utama PT AI Cahaya Yogyakarta Hari Dandi pada Republika, Kamis (6/6).
''Untuk itu kami akan menyewa kolam-kolam milik Dinas Kelautan dan Perikanan DIY di Cangkringan, Kabupaten Sleman seluas 7,5 hektar. Nantinya sebagian kolam akan dikelola petani. Selain itu juga akan ditularkan ke masyarakat supaya bisa melakukan pembebasaran di pinggiran rumah masing-masing,'' kata dia.
Sementara itu penangkapan sidat yang akan dibesarkan dilakukan oleh para nelayan. "Jadi nanti ada kerjasama yang saling menguntungkan antara perusahaan, petani dan Dinas Kelautan dan Perikanan DIY,'' tutur dia.
Di DIY, benih sidat yang akan dibesarkan berasal dari lima muara antara lain Bogowonto dan Progo. Di samping itu, penangkapan benih sidat juga akan dilakukan di wilayah lain di seluruh Indonesia seperti Palabuhan Ratu, Cidaun, Garut Selatan, Maros, Baubau.
Menurut Hari, sampai saat ini belum bisa dilakukan budidaya sidat. Dari Jepang pun juga belum bisa melakukan budidaya sidat. Padahal kandungan gizi sidat lebih tinggi dibandingkan ikan Salmon. Oleh karena itu agar sidat tidak cepat punah, ada persyaratan bagi sidat yang ditangkap dan diekspor, yakni beratnya tidak boleh kurang dari 150 gram.
"Di samping itu kami akan melakukan kerjasama dengan UGM untuk mencoba mengembangkan dan melakukan budidaya sidat. Untuk investasi pertama sebagai modal awal sebesar Rp 5 miliar yakni 70 persen perusahaan dari Jepang dan 30 persen dari PT AI Cahaya Yogyakarta," demikian Hari.