REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Pakar politik dari Universitas Tadulako Palu, Darwis MSi mengatakan, pemilih pemula harus diberikan pendidikan politik yang mencerdaskan dan bukan dengan pendidikan politik uang.
"Kita berharap pemilih pemula datang ke tempat pemungutan suara bukan karena bujukan uang, tapi karena kesadarannya. Ia mau memilih si A karena ia melihat perjuangan si A bagus untuk dirinya dan masyarakat," kata Darwis di Palu, Selasa (4/6).
Penyandang gelar doktor politik dari Universitas Gadjah Mada itu mengatakan pemilih pemula harus diberikan pendidikan politik yang cerdas. Misalnya, memberikan pemahaman apa itu pemilu dan siapa yang dia inginkan menjadi wakil atau pemimpin. "Jangan diberikan pemahaman bahwa politik itu untuk merebut kekuasaan," tuturnya.
Darwis mengatakan, parpol cenderung hanya sibuk menghadapi pemilu, termasuk pada 2014, sehingga lupa mendidik pemilih pemula secara baik dan benar. Ia mengatakan, pemilih pemula adalah mereka yang secara biologis sudah berusia 17 tahun atau yang sudah menikah, namun mereka belum memiliki ideologi kepartaian.
Menurut Darwis, jika pendidikan politik yang diberikan kepada pemilih pemula sudah keliru sejak awal maka ini akan berdampak secara terus menerus dari pemilu ke pemilu. "Akhirnya kualitas sistem politik kita tidak bagus karena mereka melewati proses pendidikan politik yang tidak bagus," imbuhnya.
Pemilih pemula, kata Darwis, harus didorong memilih seseorang, karena politik perjuangan partai yang ia suka atau karena ia melihat rekam jejak seorang calon legislatif yang baik.
Sebab, umumnya pemilih pemula rawan dimobilisasi dengan menggunakan pendekatan uang dan panggung hiburan. "Kalau cara-cara seperti ini dilakukan, maka akan menggerus demokrasi kita," katanya.
Darwis mengatakan, pemilih pemula adalah massa yang mengambang. Mereka menjadi rebutan partai politik. Sehingga, kata Darwis, metode pendekatan yang dilakukan cenderung instan. "Akhirnya munculah pendekatan politik transaksional. Ini yang kita tidak inginkan," ujarnya mengakhiri.