Selasa 04 Jun 2013 19:31 WIB

Menag: Jangan Kompori Umat yang Rukun

 Suryadharma Ali
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Suryadharma Ali

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Menteri Agama Suryadharma Ali menyatakan bahwa kerukunan yang ada di Indonesia bukan berarti tanpa konflik, tetapi jangan `kompori' umat sehingga upaya yang dilakukan para tokoh agama dan masyarakat untuk menciptakan suasana harmonis menjadi rusak.

Tidak satu pun negara terbebas dari konflik, tetapi jangan mengompori suasana umat yang rukun, kata Suryadharma Ali ketika memberi sambutan pada dialog antar-penganut agama dan kebudayaan untuk kemanusiaan dan perdamaian dunia, di Jakarta, Selasa.

"Tunjukan kepada saya, negara mana yang terbebas dari konflik. Konflik, jika di dalam rumah tangga, tak bisa dihindari. Bisa terjadi antara ayah dan isteri. Antara anak dan ibu. Tetapi sejauh konflik itu masih dalam batas wajar, hal itu harus dipahami bahwa suasana harmonis masih bisa dipertahankan," kata Suryadharma Ali.

Menurut dia,  konflik antaragama di Indonesia bisa dihindari. Sejauh ini kehidupan harmonis tersebut terus dipelihara oleh para tokoh agama dan masyarakat. Namun yang harus diperhatikan konflik internal agama. Pasalnya, jika konflik internal agama mencuat, maka tak mustahil ancamannya adalah perpecahan.

Merasa tak cocok dengan seseorang dalam suatu organisasi bisa jadi masalahnya dibawa keluar dan persoalannya menjadi makin besar. Karena itu, ia mengajak tokoh agama agar hal ini menjadi perhatian ke depan. Konflik adalah fitrah manusia, namun harus dikendalikan. Sebab, di dalam konflik di dalamnya ada amarah dan nafsu.

Karena itu ada ajaran untuk umat agar bisa mengendalikan nafsu, mengendalikan amarah dan ajaran ikhlas. Bukan mengompori sehingga masalahnya menjadi besar dan timbul perpecahan' katanya.

Islam dan Toleransi

Terkait dengan ajaran kekerasan, terorisme, Menteri Agama Suryadharma Ali mengatakan bahwa hal itu masih didengungkan oleh kalangan tertentu. Seolah Islam sebagai inspirasi dari ajaran kekerasan, radikalisme, terorisme dan intoleransi.

"Padahal, Islam mengajarkan rahmatan lil alamin, agama pembawa rahmat bagi alam sekitar," katanya.

Agama Islam, menurut dia, sangat menghormati keanekaragaman. Keanekaragaman yang ada bukan untuk diperangi tetapi dihormati. Kekerasan bukan ajaran Islam, keperkasaan bukan di mata pedang, tetapi keperkasaan itu terletak pada ketaqwaan.

Ia pun mengingatkan kepada sekelompok orang yang berpegang pada aliran kebebasan bahwa tak satu pun negara di muka bumi ini yang menganut kebebasan mutlak, kebebasan absolut. Sebab, hadirnya negara adalah untuk mengatur warga. Termasuk kehidupan umat beragama.

Karena itu ia mengimbau umat beragama agar tidak membuang tenaga, waktu dan dana untuk merusak kehidupan beragama. Mayoritas warga Muslim di Indonesia sangat menghormati umat lainnya. Hal itu bisa dilihat dari hari-hari besar umat beragama, yang dalam praktek kesehariannya dihormati oleh seluruh umat.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement