REPUBLIKA.CO.ID, KEFAMENANU -- Para pengguna kendaraan bermotor di Kefamenanu kesulitan mendapatkan bahan bakar minyak dalam dua pekan terakhir, akibat ketiadaan solar dan premium di stasiun pengisian bahan bakar umum di ibu kota Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT itu.
"Dua unit SPBU yang beroperasi di Kefamenanu, hanya dibuka sampai pukul 10.00 Wita, karena sudah kehabisan bahan bakar. Jatah yang diberikan pertamina untuk masing-masing SPBU hanya 10 ton, baik solar maupun premium," kata Handrianus, salah seorang warga Kota Kefamenanu di Kefamenanu, Selasa (4/6).
Handrianus yang juga koresponden salah satu televisi swasta di Indonesia mengemukakan hal itu ketika bersama rombongan wartawan dari Kupang hendak mengisi BBM di satu SPBU di Kefamenanu, karena mobil yang ditumpangi tersebut sudah kehabisan bensin. Menurut Handrianus, ketika SPBU dibuka, yang antre bukan kendaraan bermotor, tetapi para pembeli yang menggunakan jerigen berbagai ukuran.
Dari pantauan di lapangan, sebelum SPBU dibuka, para pembeli yang menggunakan jerigen sudah antre di dua SPBU tersebut. "Menjelang pukul 10.00 Wita, stok BBM di SPBU tersebut sudah habis sehingga langsung ditutup. Para pengguna kendaraan bermotor terpaksa mengisi BBM di pinggiran jalan umum yang dijual eceran oleh masyarakat yang berbondong-bondong membeli bensin dan solar di SPBU," papar Handrianus.
Hampir semua kendaraan bermotor mengisi bahan bakar, baik bensin maupun solar, justru yang dijual eceran oleh masyarakat di pinggiran jalan, karena ketiadaan stok di SPBU yang seharusnya melayani kendaraan bermotor.
Diselundupkan
Diduga kuat, BBM yang dibeli masyarakat dengan jerigen tersebut diselundupkan ke wilayah kantung (enclave) Timor Leste di Oecusee yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Timor Tengah Utara. Harga BBM di Oecusse maupun distrik lainnya di Negara Timor Leste, mencapai 1,4 dolar AS atau sekitar Rp 14 ribu per liter, sehingga memicu masyarakat untuk memperdagangkan ke negara tetangga itu.
Sinyalemen yang sama pernah diungkapkan Komandan Korem 161/Wirasakti Kupang Brigjen TNI Ferdinand Setiawan, terkait dengan maraknya aksi penyelundupan BBM bersubsidi dari Indonesia ke Timor Leste. "Tingginya harga BBM di negeri seberang itulah yang diduga kuat sebagai pemicu terjadinya aksi penyelundupan bahan bakar tersebut ke Timor Leste," kata jenderal berbintang satu itu.
Harga eceran bensin yang dijual seukuran botol jenever mencapai 2,0 dolar AS per liter atau sekitar Rp 18.500 per liter, sedangkan yang dijual di pinggiran jalanan umum rata-rata Rp 5.000 per botol. Kelangkaan BBM tersebut dirasakan juga oleh masyarakat pengguna kendaraan bermotor di Atambua, ibu kota Kabupaten Belu yang berbatasan langsung dengan Distrik Bobonaro, Timor Leste.