REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi harga gabah di Provinsi Bali turun saat panen raya pada pertengahan Juni 2013. "Panen padi secara serentak itu menyebabkan harga merosot, meskipun masih berada di atas harga patokan pemerintah (HPP)," kata Kepala BPS Provinsi Bali Gede Suarsa di Denpasar, Selasa (4/6).
Ia mengharapkan, petani selesai panen raya itu sebaiknya untuk sementara waktu menyimpan gabah kering panen itu sambil mengeringkan menunggu harga yang lebih baik dan menguntungkan. "Setiap panen raya harga selalu merosot, telah menjadi tradisi tidak lama kemudian harga gabah akan membaik," ujar Gede Suarsa.
Untuk itu petani hendaknya bisa belajar dari pengalaman yang dialami sebelumnya dengan menyimpan gabah dalam bentuk kering giling dan menjualnya saat harga menguntungkan. Gede Suarsa yakin petani di Bali selalu menikmati harga gabah di atas HPP. Hasil pemantauan yang dilakukan pada bulan Mei 2013 menemukan, 31,75 persen petani Bali menjual gabah di luar kualitas (kualitas rendah) dengan kadar air di atas 25 persen.
Di tingkat petani terjadi penurunan rata-rata harga gabah kualitas gabah kering panen (GKP) sebesar 2,28 persen pada Mei 2013 dibanding bulan sebelumnya. Sementara di tingkat penggilingan terjadi penurunan sebesar 1,96 persen. Rata-rata harga gabah kualitas GKP pada bulan Mei 2013 berada di atas harga patokan pemerintah (HPP) Rp 3.435,70 per kilogram (kg) di tingkat petani dan Rp 3.502,67 per kg di tingkat penggilingan.
Gede Suarsa menjelaskan bahwa transaksi gabah kering panen, harga tertinggi di tingkat petani terjadi di Kabupaten Gianyar sebesar Rp 3.750 per kg dengan varietas Ciherang. Sedangkan terendah terjadi di Kabupaten Tabanan dengan harga Rp 3.300 per kg untuk varietas Ciherang.