Senin 03 Jun 2013 22:30 WIB

Penumpang KRL Lebih Pilih Tiket Biasa Ketimbang e-Ticketing

Rep: Hannan Putra/ Red: Mansyur Faqih
  Seorang calon penumpang kereta api listrik (KRL) menggunakan tiket elektronik (e-ticketing) di Stasiun Jakarta Kota, Selasa (23/4).    (Republika/Prayogi)
Seorang calon penumpang kereta api listrik (KRL) menggunakan tiket elektronik (e-ticketing) di Stasiun Jakarta Kota, Selasa (23/4). (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemberlakuan e-ticketing mulai tanggal 1 Juni masih membuat para penumpang bingung. Seperti pantauan Republika di Stasiun Juanda Senin (3/6) sore. 

Penumpang e-ticketing yang mengantre di gerbang terlihat memang cukup panjang. Beberapa dari mereka masih tampak kebingungan walau petugas yang berdiri di gerbang sudah membantu.

Beberapa penumpang mengaku lebih memilih tiket biasa. Melihat panjangnya antrian di pintu masuk.

"Saya beli tiket biasa, panjang banget antrenya," ungkap seorang penumpang, Rahmat.

Demikian halnya dengan Toto, pegawai swasta yang juga memilih tiket biasa. Tak hanya karena antrean, tapi juga tarif yang berlaku.

"Seharusnya kita sebagai penumpang diuntungkan (dengan e-ticketing). Misalkan tarif biasa Rp 8 ribu, dengan tiket itu jadi Rp 5 ribu," katanya.

Karena harganya sama, pria yang tinggal di Bekasi ini pun memutuskan untuk menggunakan tiket biasa.

Sementara itu, Kepala Stasiun Juanda, Arkansyah menafikan adanya antrian panjang di pintu masuk e-ticketing pagi tadi. 

"Kata siapa antrean panjang? Enggak, kok. Mas bisa tanya-tanya langsung ke bagian humas," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement