REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Kenaikan bahan bakar minyak jenis solar akan menyulitkan para nelayan di daerah Pantura Kabupaten Cirebon, Indramayu, Subang, karena biaya melaut semakin tinggi.
"Kenaikan bahan bakar minyak jenis solar akan menyulitkan ribuan nelayan di daerah Pantura, karena biaya melaut semakin tinggi dan tidak akan sebanding dengan hasil tangkapan mereka," kata Wartono salah seorang nelayan di Cirebon, Jumat (31/5).
Dikatakan Wartono, biaya melaut untuk nelayan tradisional ukuran perahu sederhana saat inimencapai Rp 600 ribu, patokan harga bahan bakar minyak jenis solar Rp 4.500 per liter jika harga BBM tersebut naik nelayan terpaksa harus menambah biaya melaut sekitar Rp 100 ribu.
"Hasil tangkapan nelayan tradisional di Kabupaten Indramayu, Cirebon dan Subang, sering terhambat dan masih musiman, sulit diandalkan selain itu modal melaut sudah tidak sebanding," katanya.
Karyono nelayan lain di Indramayu mengaku, kenaikan bahan bakar minyak jenis solar akan semakin memberatkan para nelayan tradisional, karena ongkos melaut bertambah, sedangkan hasil tangkapan terus menurun. Terbatasnya jangkauan mencari ikan bagi nelayan tradisional Kabupaten Indramayu, Cirebon, Subang karena perahu mereka ukurannya kecil sehingga sulit melaut hingga samudra.
Sementara itu, Manajer Tempat Pelelangan Ikan Glayem Kabupaten Indramayu Dedy Aryanto mengatakan, kenaikan harga BBM akan menambah beban bagi ribuan nelayan di daerah Pantura Kabupaten Indramayu.
Mereka harus mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk melaut dan membeli barang kebutuhan pokok yang harganya juga akan naik. Dedy menjelaskan, dengan harga solar Rp 4.500 per liter nelayan tradisional dengan perahu sederhana ukuran 4x6 meter membutuhkan modal sekitar Rp 500 ribu. Padahal hasil tangkapan semakin berkurang.
"Kalau harga BBM naik biaya melaut bisa naik jadi Rp 750 ribu. Dan kalau cuaca buruk, hasil tangkapan sedikit, mereka rugi," ujar Dedy.