REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK -- Cinta ditolak dukun bertindak atau jurus kawin lari sudah banyak kita kenal. Tetapi, menculik gadis dari rumah orang tuanya untuk dinikahi, barangkali hanya terjadi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Penculikan wanita terjadi bisa atas alasan cinta yang tidak direstui orang tua atau cinta pria yang bertepuk sebelah tangan. Tetapi, penculikan juga bisa dilakukan sebagai 'ritual' melanggengkan tradisi.
"Itu sudah tradisi turun temurun masyarakat kami di Pulau Lombok. Entah sejak kapan, nenek moyang yang mewariskan," kata Suyanto (50 tahun), warga Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Kamis (30/5).
Ketika ditemui Republika di warung kopinya, tepi pantai Dusun Gerupuk, istri Suyanto, Kundi (45 tahun), membenarkan ia dinikahi dengan cara diculik pria yang kini sudah memberinya tiga anak.
Namun, keluarga nelayan ini mengaku penculikan itu didasari suka sama suka. "Pada dasarnya kami sudah saling mencinta," katanya.
Marinah (45) dan Milayu (32) juga mengaku menikah 23 tahun lalu lewat proses aksi penculikan. "Lebih tepat sebenarnya bukan 'penculikan', tapi 'pencurian'," kata Marinah.
Istilah penculikan, bagi Marinah, kesannya seperti aksi kejahatan atau perampokan. "Sedangkan ini kan hanya untuk menyiasati orang tua si gadis yang tidak setuju hubungan asmara kami," katanya.
Tapi, ia tidak menyangkal ada kasus 'pencurian' gadis yang dilakukan karena cinta si pria yang bertepuk sebelah tangan. Nah, untuk yang ini, dia sepakat dikatakan sebagai 'penculikan.'
Bagaimana proses penculikan itu? Si pria yang sedang terbakar asmara dan ingin kawin, tidak langsung turun tangan. Ia meminta bantuan kerabat atas sahabatnya untuk menjalankan misi.
Jumlah orang yang dilibatkan sekitar 6-10 orang. Mereka lalu mengintai rumah orang tua si gadis yang menjadi target. "Caranya tidak main dobrak seperti perampok, tetapi nunggu si gadis keluar rumah lalu kami sergap," kata Marinah.
Keluarnya sang gadis dari rumah pada saat komplotan penculik mengintai, bisa jadi disengaja jika sudah dilandasi saling cinta. Dia pura-pura pamit sama orang tuanya untuk suatu keperluan, padahal sudah bersepakat agar diculik.
Tetapi, saling cinta atau tidak, jika si gadis sudah diculik dan disandera di rumah pria yang mendambakannya, pernikahan harus dilangsungkan. Pihak si pria tinggal mengirim utusan ke orang tua si gadis untuk merestuinya.
"Jarang ada cerita, gadis yang sudah diculik tidak bisa dinikahi. Orang tuanya, suka atau tidak, harus setuju," kata Suyanto.
Adalah aib bagi si gadis dan keluarganya jika setelah diculik batal nikah. "Dia bisa jadi perawan tua, tak akan ada pria yang melirik dan berminat menculik untuk menikahinya," kata Aan, seorang PNS yang tinggal di Lombok Selatan.