Rabu 29 May 2013 21:35 WIB

Yusuf Mansur: Kami Punya Izin

Ustaz Yusuf Mansur
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ustaz Yusuf Mansur

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ustaz Yusuf Mansur tak hanya dikenal sebagai dai yang sibuk berdakwah, namun juga membuka bisnis investasi. Ada dua bisnis investasi yang dijalankan Yusuf, yaitu Patungan Usaha dan Patungan Aset.

Dana investasi dari Patungan Usaha digunakan untuk mengakuisisi sebuah hotel dan apartemen.  Sementara dana investasi Patungan Aset digunakan untuk membelikan tanah kosong. Imbal hasil Patungan Usaha berasal dari bagi hasil keuntungan usaha. Sedangkan Patungan Aset ini akan menikmati imbal hasil dari kenaikan aset.

Namun, belakangan muncul tudingan bahwa investasi yang ia jalankan rawan menimbulkan masalah dan dianggap investasi yang tidak berizin. Apalagi, beberapa waktu lalu, Ustaz Yusuf diduga diperiksa bea cukai karena kedapatan membawa uang RM 1,5 juta dalam dua koper.

Menanggapi tudingan tersebut, Yusuf menyatakan tidak benar usaha yang ia jalankan tanpa izin. “Kami memiliki izin. Dan sejak 2007 kami diaudit oleh auditor independen, dan rutin dipublikasikan di Republika. Kami juga punya majalah sendiri yang dibagikan ke para donatur,” kata dia, Rabu (29/5).

Yusuf menegaskan, dirinya tidak pernah diperiksa bea cukai. “Saya silaturahmi. Penafsiran wartawan pertama yang melihat saya yang salah. Saya mengundang kawan media yang peduli terhadap gerakan dakwah dan kemanusiaan untuk ikut bergerak,” ujarnya.

Saat ini, Yusuf melanjutkan, pihaknya memiliki 3.000-an rumah tahfidz gratis di seluruh Tanah Air dengan ratusan ribu santri yang samasekali tidak dipungut biaya apa pun. Pesantren yang ia bangun, kata Yusuf, bukan hanya di kota besar tapi menjangkau Indonesia bagian timur hingga luar negeri seperti di Afrika Selatan.

“Daripada banyak curiga, ayo bersama-sama. Banyak hal yang tidak dilakukan pemerintah, ayo kita kerjakan, khususnya di bidang pendidikan, dakwah, dan kemanusiaan. Atas izin Allah, kami membangun banyak Kampung Quran di beberapa daerah bencana dan terisolasi seperti di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Merapi,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement