REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Provinsi Jawa Barat terindikasi menjadi salah satu pusat peredaran uang palsu (Upal). Oleh karena itu, Bank Indonesia pun meminta warga untuk waspada.
Kepala Bank Indonesia Wilayah VI (Jabar dan Banten) Dian Ediana Rae meminta masyarakat lebih berhati-hati terhadap peredaran uang palsu jelang Pemilu 2014 nanti.
Menurut Dian, BI Jabar dan Banten sangat mewaspadai peredaran upal di Jabar khususnya menjelang Pemilu. Dalam hajat demokrasi lima tahunan tersebut, biasanya muncul oknum yang mencari ingin keuntungan dengan cara mudah memanfaatkan situasi dan kondisi.
"Orang sering berspekulasi memanfaatkan ajang seperti Pemilu, seharusnya hal itu tidak perlu terjadi," ujar Dian kepada wartawan di Gedung Sate, usai Rapat dengan Gubernur Jabar, Senin (27/5).
Dian mengatakan, melihat kondisi tersebut BI telah menyiapkan sejumlah langkah strategis. Salah satunya, membuat design preventif peredaran upal. Pembuatan rencana antisipasi itu, tentunya dengan melibatkan Kantor BI di pusat.
Langkah antisipasi, kata dia, perlu dilakukan karena jumlah uang palsu yang beredar di Jabar menunjukan tren peningkatan. Meski peningkatannya belum siginifikan namun perlu dicegah. Karena, aksi peredaran upal ini tergolong pelanggaran berat.
Seperti diketahui, peredaran Upal di Jabar pada Triwulan I 2013 mencapai 6.149 lembar dengan nilai Rp 429,88 juta.