Sabtu 25 May 2013 16:59 WIB
Pilkada Jawa Tengah 2013

Pengamat: Ganjar dan Bibit Paling Fit Bertarung

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Karta Raharja Ucu
Pasangan cagub dan cawagub Jateng nomor urut tiga Ganjar Pranowo (kiri) dan Heru Sudjatmoko (kanan) saat mengikuti debat kandidat calon gubernur dan wakil gubernur Jateng, di Semarang, Jumat (10/5) malam.
Foto: Antara/R. Rekotomo
Pasangan cagub dan cawagub Jateng nomor urut tiga Ganjar Pranowo (kiri) dan Heru Sudjatmoko (kanan) saat mengikuti debat kandidat calon gubernur dan wakil gubernur Jateng, di Semarang, Jumat (10/5) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pengamat politik Universitas Diponegoro (Undip), Susilo Utomo melihat mesin politik cagub Jateng, Ganjar Pranowo dan Bibit Waluyo paling fit untuk ‘berlaga’ pada tahapan inti pemilihan gubernur (pilgub) Jateng, Ahad (26/5) besok.

Kesiapan ini dapat dilihat dari kinerja mesin politik dan tim pemenangan masing-masing, pada pelaksanaan kampanye terbuka yang dilaksanakan setiap pasangan cagub dan cawagub Jateng di sejumlah daerah.

Menurut Susilo, mesin politik Ganjar Pranowo saat ini mampu menunjukkan akselerasi dan kinerja yang relatif stabil. Sehingga, ia tak ragu menyatakan kubu cagub ini merupakan salah satu kubu yang paling siap.

Demikian pula, meski mesin politik Bibit waluyo lebih standar dan tidak seprogresif mesin politik cagub PDI Perjuangan ini, namun Bibit memiliki kelebihan kepercayaan diri sebagai petahana. “Selama pemerintahannya, Jateng banyak mendapatkan penghargaan, stabil dalam hal pemerintahan serta gaya 'ceplas-ceplos’ dan merakyat dalam pembawaannya menjadi factor kepercayaan diri ini,” ujarnya, Sabtu (25/5).

Dibandingkan dengan Ganjar Pranowo dan Bibit Waluyo, masih jelas Susilo, cagub Hadi Prabowo (HP) yang didukung banyak partai politik (parpol) dianggapnya masih terlalu disibukkan konsolidasi internal.

Terkait siapa yang bakal memenangkan pertarungan tersebut, masih lanjutnya, keduanya tetap memiliki kans yang sama. Meski lebih progresif dalam mesin politik, jumlah pemilih Jateng yang mencapai 27 juta jiwa dan tersebar di 35 kabupaten/kota bukan urusan mudah.

Situasi ini beda dengan kondisi Jokowi di DKI Jakarta, yang jumlah pemilihnya jauh lebih kecil. “Sehingga tidak dapat disamakan antara DKI Jakarta dengan Jateng,” imbuhnya.

Sebab, Ganjar sangat populer di level menengah. Namu, kans ini juga sangat tergantung mesin politiknya. “Saya kira kalau mesin politik ini mampu menjaga performa impresifnya, bukan tidak mungkin dapat dilakukan,”  ujarnya.

Sebab problem utama mesin politik PDI Perjuanganini karena waktu yang tersedia kurang. “Ini akan beda jika PDI Perjuangan menyiapkan mesinnya yang progresif ini sejak jauh- jauh hari,” imbuh Susilo mengakhiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement