Selasa 21 May 2013 20:58 WIB

Wilayah Cirebon Menuju Politik Dinasti

Rep: lilis Handayani/ Red: Djibril Muhammad
Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Sejumlah daerah di wilayah Cirebon sedang menuju politik dinasti. Hal itu dikarenakan majunya istri bupati di sejumlah daerah sebagai calon bupati menggantikan jabatan suaminya.

 

"Ya saat ini arahnya menuju ke sana (politik dinasti)," ujar pengamat politik dari Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon, Sigit Gunawan, kepada Republika, Selasa (21/5).

Sigit mengungkapkan, munculnya politik dinasti merupakan imbas dari otonomi daerah. Hal itu dikarenakan dalam UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah tidak dijelaskan mengenai batasan pergantian posisi jabatan kepala daerah kepada anggota keluarganya. Oleh sebab itu, tidak sedikit jabatan kepala daerah yang semula dipegang suami akhirnya turun kepada istrinya. 

Sigit mengakui, setiap warga negara memang berhak menempati posisi sebagai kepala daerah. Namun, hak tersebut hendaknya juga memperhatikan kesempatan orang lain di luar anggota keluarga kepala daerah yang sedang menjabat, untuk bisa tampil.

 

"(Perpindahan kekuasaan dari suami kepada istrinya) akan mematikan demokrasi, bahkan merupakan bentuk pelecehan terhadap demokrasi," kata Sigit menegaskan.

 

Sigit pun menilai, pergantian kepemimpinan dari seorang suami kepada istrinya hanya untuk mengamankan kesalahan sang suami saat menjabat sebagai kepala daerah. Seperti misalnya, kesalahan dalam masalah kebijakan maupun anggaran.

 

Tak hanya itu, Sigit melanjutkan, perpindahan kekuasaan dari suami kepada istri juga akan membuat istri tidak bisa mandiri dalam memegang jabatannya. Sebab, tanpa disadari, sang suami akan ikut berperan mengatur jalannya pemerintahan.

 

"Jadi nanti yang jadi dalangnya adalah suami, sedangkan istri hanya menjadi wayangnya saja," tutur Sigit. 

 

Seperrti diketahui, dua kabupaten di wilayah Cirebon, yakni Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon, akan melaksanakan pilkada tahun ini. Istri bupati dari kedua kabupaten itupun ikut memeriahkan bursa pencalonan kepala daerah tersebut.

 

Untuk Kabupaten Kuningan, tercatat ada Utje Suganda, istri dari Bupati Aang Hamid Suganda, yang telah menjabat dua periode berturut-turut. Utje berpasangan dengan Acep Purnama, yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPC PDI Perjuangan sekaligus Ketua DPRD Kabupaten Kuningan.

 

Pasangan yang telah mendapat rekomendasi dari DPP PDI Perjuangan itupun resmi mendeklarasikan diri sebagai pasangan calon bupati dan wakil bupati Kuningan, Senin (20/5). Usai deklarasi, mereka langsung mendaftarkan diri ke KPUD Kabupaten Kuningan.

"Saya ingin melanjutkan pembangunan yang selama ini telah dilakukan oleh Bupati Aang Hamid Suganda,’’ tutur Utje.

 

Sementara di Kabupaten Cirebon, istri Bupati Dedi Supardi, Sri Heviyana Supardi, juga turut meramaikan bursa pencalonan bupati periode 2013-2018. Namanya masuk dalam daftar bakal calon bupati. Dia akan berebut dengan sejumlah nama lainnya untuk mendapatkan rekomendasi dari DPP PDI Perjuangan.

 

Selain itu, perpindahan kekuasaan dari suami kepada istri sebelumnya telah diawali oleh bupati Indramayu. Mantan bupati Irianto MS Syafiuddin (Yance) yang telah menjabat bupati dua periode berturut-turut, kini digantikan istrinya Anna Sophanah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement