Senin 20 May 2013 18:54 WIB

'Jadikan Harkitnas Pijakan untuk Maju di Segala Bidang'

Wakil Ketua MPR, Melani Leimena Suharli.
Foto: IST
Wakil Ketua MPR, Melani Leimena Suharli.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR, Melani Leimena Suharli meminta Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) yang diperingati setiap 20 Mei, dijadikan pijakan bagi seluruh elemen masyarakat  Indonesia untuk sadar, bangkit dan menjadikan hal itu sebagai pijakan untuk meraih kemajuan di segala bidang.

Menurutnya, semangat untuk maju harus terus ditumbuhkan demi masa depan bangsa dan negara. Harkitnas diambil dari sejarah kelahiran organisasi Budi Utomo 20 Mei 1908 yang dimotori Dr Sutomo, Dr Cipto Mangunkusumo, dan Gunawan Mangunkusumo. Kelahiran Budi Utomo menjadi tonggak kebangkitan masyarakat pribumi kala itu.

Karena Budi Utomo pada awalnya bergerak dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, maka kata Melani, dua bidnag ini pun harus kita majukan saat ini. “Pendidikan adalah pondasi kemajuan suatu bangsa. Jadi, kita harus fokus memajukan bidang pendidikan di semua bidang,” kata Melani terkait peringatan Harkitnas ke 105 tahun, Senin (20/5).

Begitu juga bidang kebudayaan, karena kekayaan dan ketinggian budaya Indonesia, maka masyarakat harus ikut memelihara dan memajukan kebudayaan nasional. “Jangan terlena dengan berbagai budaya asing yang belum tentu membawa kebaikan. Sebaliknya, kebudayaan Indonesia dari seluruh provinsi, mencerminkan ketinggian budaya dan kearifan masyarakat indonesia yang berbhineka tunggal ika,” tutur Melani.

Jadi, pendidikan dan kebudayan merupakan unsur yang sangat penting dan mendasar untuk mendorong kemajuan di semua bidang. Menurutnya, bangsa-bangsa yang maju di dunia ini, pasti pendidikan dan kebudayaannya juga maju dan tinggi.

Melani berpendapat, sejarah Budi Utomo yang pada 1915 beralih ke bidang politik pergerakan untuk memajukan masyarakat dan memerdekakan bangsa ini dari kolonialisme Belanda, harus menjadi cermin bagi partai-partai politik saat ini untuk memperjuangkan kemajuan bangsa berdasarkan visi dan program masing-masing partai.

“Karena Indonesia adalah negara demokrasi  terbesar kelima di dunia, maka keberadaan partai politik menjadi pilar utama demokrasi. Nah, partai harus menjadi motor utama kemajuan demokrasi dan bukan sebaliknya menjadi benalu demokrasi. Jangan sampai persepsi masyarakat selalu buruk terhadap partai, karena elite dan kader partai kerap korupsi dan melupakan rakyat,”ujar Melani yang juga Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat ini.

Melani menekankan, Budi Utomo berjuang di bidang politik untuk bangsa dan negara. Partai pun harus mengikuti jejak perjuangan Budi Utomo ini. Partai politik saat ini menghadapi tantangan berat yakni persepsi yang negatif dari sebagian masyarakat dan selalu dikaitkan dengan perilaku korupsi kadernya.

Karenanya, jika partai ingin mendapat tempat di hati rakyat, partai harus mendekat pada rakyat, menjadi katalisator dan sekaligus sarana bagi masyarakat untuk memperjuangkan kepentingan rakyat.

“Kader partai yang ada di parlemen, juga harus menegaskan sikap anti korupsi. Tidak melakukan tindakan tercela, dan terus menyuarakan dan mengembangkan demokrasi di Tanah Air,” ujar Melani yang mengaku selalu berusaha amanah menjalankan tugas-tugasnya sebagai wakil rakyat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement