REPUBLIKA.CO.ID, BITUNG -- Masyarakat Pulau Miangas, salah satu pulau terluar di wilayah Sulawesi Utara, kini bisa menikmati aliran listrik 24 jam. Mereka tidak perlu khawatir lagi kekurangan pasokan listrik, karena Pulau Miangas dialiri tiga pembangkit listrik.
General Manager PLN Wilayah Sulawesi Utara, Tengah dan Gorontalo, S Januwarsono mengatakan, Pulau Miangas sudah terang 24 jam.
"Sejak tahun ini, ada tiga pembangkit listrik di Pualu Miangas. Ada pembangkit yang menggunakan tenaga diesel, tenaga matahari dan biomassa," ujar Januwarsono, di Bitung, Ahad (19/5).
Listrik tenaga diesel adalah pembangkit listrik pertama yang ada pulau berpenduduk 900 kepala keluarga itu. Pada 1990, tenaga diesel menjadi energi paling utama di pulau yang berbatasan dengan Philipina.
Tapi ketika itu, hanya bisa menerangi dari pukul 18.00 WIB hingga pukul 06.00 WIB. Bahkan. Kadangkala, jika kondisi ombak besar dan pengiriman solar tidak bisa dilakukan, listrik hanya menyala hingga pukul 24.00 WIB.
Sejak Mei 2012, inovasi listrik kemudian mengembangkan tenaga surya. "Matahari di Pulau Miangas sangat melimpah, jadi kita manfaatkan untuk membuat pembangkit tenaga surya," ujarnya.
Selanjutnya, pada tahun ini PLN wilayah Suluttenggo kemudian membuat listrik tenaga biomassa. Tenaga ini memanfaatkan kayu dan batok kelapa yang melimpah di pulau itu.
Januwarsono mengatakan, kayu dan batok kelapa lalu diolah menjadi gas yang bisa menggerakkan generator. Kapasitas masing-masing pembangkit listrik tersebut, untuk tenaga diesel menghasilkan 250 Kw, tenaga surya menghasilkan 180 Kwp, dan biomassa menghasilkan 50 Kw.
Jumlah ini, kata Januwarsono sudah cukup memadai. "Kebutuhan listrik di Miangas hanya 80 Kw, karena penduduknya kan masih sedikit," ujarnya.
Saat ini, tenaga matahari menjadi pensuplai listrik utama di Pulau Miangas. Sedangkan untuk tenaga diesel, hanya dipakai sebagai tenaga cadangan. "Kalau lagi tidak ada matahari, kayu dan batok kelapa terbatas, baru diesel kita gunakan," ujarnya.