REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Roy Suryo mengatakan, seorang relawan tanggap bencana tidak bisa hanya mengandalkan keberanian saja.
Seorang relawan juga harus memperhitungkan kemampuan dan peralatan yang digunakan dalam menolong korban bencana. Sehingga, kata Roy Suryo, jangan sampai justru relawan yang menjadi korban ketika melaksanakan tugasnya.
Pernyataan itu disampaikan Roy Suryo daam acara pelatihan dan deklarasi Pemuda Tanggap Bencana DIY di Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY, Sabtu (18/5). Deklarasi ini dihadiri Ketua PMI Jusuf Kalla; Sri Paku Alam IX mewakili Gubernur DIY Sri Sultan HB X; Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Fathul Hadi; Wakil Bupati Sleman, Hj Yuni Satia Rahayu dan sejumlah tamu undangan.
Dijelaskan Roy Suryo, pada erupsi Merapi 2010 yang mengakibatkan wafatnya Mbah Maridjan, ada dua orang relawan yang gugur dalam menjalankan tugas, yaitu Tutur Priyono dan Wahono. Mereka gugur karena tersengat ‘wedus gembel’ atau awan panas yang panasnya mencapai 600 derajat celsius.
Peristiwa ini mendapat tanggapan dari Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat, sehingga Jusuf Kalla langsung mengirimkan dua kendaraan yang tahan panas ke wilayah bencana erupsi Merapi. Dengan kendaraan ini, evakuasi korban erupsi Merapi bisa dilakukan meskipun dalam kondisi panas. “Padahal sebelum erupsi 2010, juga ada relawan yang menjadi korban,” kata Roy Suryo mengakhiri.