REPUBLIKA.CO.ID,TIMIKA--Insiden runtuhnya bebatuan di area fasilitas pelatihan PT Freeport Indonesia (PTFI) berasal dari bagian atas fasilitas dan bebatuan yang masih terus berjatuhan, sehingga semakin memperlambat proses penyelamatan pekerja yang terperangkap.
Hal ini diakui Kepala Tehnik Tambang PTFI Nurhadi Sabirin dalam siaran persnya kepada Antara di Jayapura, Sabtu.
"Kami akan terus mengerahkan segala sumber daya dan upaya yang ada untuk misi penyelamatan di area pelatihan Big Gossan," kata Nurhadi yang mengepalai para tim penyelamat.
Nurhadi mengungkapkan bahwa pihaknya sudah mengerahkan sejumlah ahli beserta perlengkapan berkelas dunia agar dapat menyelesaikan penyelamatan ini secepat mungkin.
"Salah satu alat yang digunakan dalam langkah penyelamatan dan pemulihan ini adalah sebuah perangkat yang dapat mendeteksi getaran yang disebut dengan Lifepak 3," ujarnya.
Ia menjelaskan perangkat ini telah mendeteksi getaran-getaran yang seirama dengan detak jantung manusia, namun hal ini belum dapat dipastikan karena ada kemungkinan disebabkan oleh getaran-getaran lainnya.
"Kami belum dapat mendeteksi tanda-tanda lainnya selama 72 jam yang lalu," tandasnya.
Nurhadi bersama timnya terus berupaya selama 24 jam tanpa henti dengan cepat dan aman hingga agar dapat menyelamatkan jiwa para pekerja yang terperangkap tersebut.
"Namun semakin banyak waktu yang dibutuhkan dapat memperkecil kemungkinan adanya pekerja yang selamat. Kami minta dukungan semua pihak dan doanya untuk rekan-rekan kerja kita beserta keluarganya," kata Nurhadi.
Sebelumnya, terjadi longsor di area fasilitas pelatihan milik PTFI yang mengakibatkan sekitar 38 pekerja terperangkap. Hingga saat ini, sudah ada 15 pekerja yang dikeluarkan, tinggal 23 pekerja lagi yang masih terperangkap di dalam runtuhan terowongan area fasilitas pelatihan.