REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Asosiasi Pemasaran Industri Kerajinan Rakyat Indonesia (Apikri) melakukan pembinaan untuk meningkatkan kemampuan perajin di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pelatihan menghadirkan designer dari Prancis dan pembeli dari Jepang.
"Hari ini kami memperingati Hari Perdagangan Berkeadilan se Dunia, sekaligus menghadirkan perajin untuk berdiskusi tentang peningkatan kualitas produk," kata Amir Panzuri, Pimpinan Apikri DIY di Yogyakarta, Kamis (16/5).
Designer kerajinan asal Prancis bernama Astrid Faure dari Innovation Design Enterpreneurship and Arts di Lyon Perancis. Sedang buyer pembeli Jepang bernama Emi Omori San dari Asian Women Empowerment Project yang sudah bekerjasama dengan Apikri sejak tahun 1999 lalu.
Peningkatan kemampuan ini dikemas dalam diskusi bertema 'Berbagi Pengalaman Praktek Perniagaan Bersama Perajin.' Selain pembicara dari Prancis dan Jepang juga menghadirkan perwakilan Bank BPD DIY dan BNI 46.
Menurut Amir Panzuri, pihak perbankan telah menyediakan dana untuk modal proses produksinya. Sedangkan BNI 46 akan membangunkan Rumah Pembelajaran Design.
"Kebetulan Astrid ini berada di Apriki selama satu bulan sehingga kita manfaatkan untuk mengajarkan kepada perajin tentang desain yang digemari di Eropa saat ini," kata Amir.
Saat ini, Amir menjelaskan, Apikri telah memiliki sertifikat untuk menilai legalisasi kayu yang digunakan perajin. Sehingga hasil kerajinan kayu yang dibuat dari kayu legal bisa masuk Eropa.
"Saat ini dari 35 perajin yang bergabung dengan Apikri baru lima perajin yang dinyatakan kayunya legal. Ke depan perlu ditingkatkan lagi," tutur Amir.
Sedangkan Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM (Disperindagkop dan UKM), Riyadi Ida Bagus Salyo Subali dalam sambutan tertulis yang dibacakan Kumalawati, staf Disperindagkop mengatakan saat ini di DIY ada 81.515 unit usaha. Sedang usaha di bidang kerajinan ada 22.198 unit usaha.
"Kami tidak mampu membina unit usaha yang begitu banyak tanpa dukungan dari pihak ketiga seperti Apikri ini. Karena itu, perlu didorong agar ada lembaga seperti Apikri lebih banyak lagi," kata Riyadi.
Sementara Ketua Pengurus Apikri periode 2012-2014, Sri Lejar Agus Hadi mengatakan perlu adanya penyiapan bahan baku kerajinan. Sehingga para perajin tidak kehabisan ketika mendapat pesanan dari pembeli di Eropa.
"Saat ini bahan baku pandan untuk membuat peti mati sudah menipis. Karena itu perlu menggalakan agar para petani mau menanam pandan," kata Lejar.
Selain itu, ada dua bahan baku yang mempunyai prospek 10-20 tahun ke depan tidak akan habis yaitu glugu (pohon kelapa) dan bambu. Karena itu, Lejar mengharapkan agar didesain kerajinan yang terbuat dari glugu dan bambu.