REPUBLIKA.CO.ID, Aksi kekerasan dan kriminalitas yang dilakukan geng motor kembali lagi terjadi. Ada aksi pemukulan, penusukan, hingga pemerkosaan. Lantas siapakah yang salah dengan masih tetap menjamurnya geng motor di berbagai sudut kota?
Mustofa B Nahra Wardaya, koordinator Indonesia Crime Analys Forum, menilai munculnya geng motor yang kerap melakukan tindak kriminal di berbagai daerah karena aparat kepolisian tidak tuntas mengusut perkara tersebut. ''Ketika kasus-kasus sebelumnya tidak ditangani dengan baik dan tidak ada penegakan hukum yang membuat jera, tidak heran aksi geng motor ini semakin lebih berani dan tidak takut lagi kepada aparat,'' ujarnya, katanya, Kamis (16/5).
Persoalan geng motor ini tidak hanya menjadi tanggung jawab aparat keamanan saja. Bagus Herdian, ketua Pemuda Remaja Islam Masjid Agung at-Tin (Prisma), mengatakan tanggung jawab itu terletak pada semua pihak. ''Termasuk orang tua maupun orang-orang yang dituakan di lingkungan sekitarnya,'' katanya.
Sejauh ini, Bagus melihat, masih adanya stigma negatif yang masih melekat terkait geng motor tersebut. ''Kami sebenarnya sudah berupaya untuk membuat program untuk menarik mereka. Kami melihat potensi untuk mengajak mereka ke masjid adalah hal yang mungkin dilakukan,'' ujarnya.
Bagus menegaskan, untuk perilaku kriminal perlu ada sanksi hukum yang tegas. Tapi jangan lupakan juga, kata dia, program pembinaan kepada mereka yang masuk sebagai anggota geng motor. ''Untuk melakukan ini sebenarnya peran dari tokoh agama mau pun pengurus masjid yang bisa lebih dimaksimalkan. Untuk cara, tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisinya,'' jelasnya.