REPUBLIKA.CO.ID, CIMAHI -- Warga Kota Cimahi mengalami kelangkaan gas elpiji. Kelangkaan gas tiga kilogram tersebut lebih parah jika dibandingkan sebelumnya. "Sekarang lebih parah dari kemarin," ujar Ketua Forum Peduli Rakyat Cimahi (FPRC) Agus Jakarya, Senin (13/5).
Agus mengatakan saat kelangkaan bulan April setidaknya warung di desanya masih tersisa empat tabung. Namun, Senin (13/5), tidak ada satupun tabung gas di warung. Sehingga, masyarakat harus mencari tabung gas dengan jarak tiga kilometer.
Dia mengira kelangkaan gas elpiji dikarenakan tabung tiga kilogram juga digunakan industri. Sebab, distribusi tabung gas 12 kilogram dikurangi. Menurutnya, pemerintah harus konsekuen dengan kebijakan konversi gas karena saat ini minyak tanah langka.
Untuk mengatasi kelangkaan gas telah melakukan audiensi dengan pemerintah dan pihak terkait. Namun, menurutnya setelah dua minggu belum ada tindakan konkret dari Pemerintah Kota (pemkot) Cimahi.
Dia berharap setidaknya terdapat operasi pasar dan inspeksi mendadak (sidak). Selain itu, pihaknya berharap pemkot bersama polisi melakukan pengawasan terhadap agen nakal.
Selain Cimahi, ia mengatakan kelangkaan gas elpiji juga terjadi di Tasikmalaya maupun Kabupaten Bandung Barat. Sementara untuk harga, menurutnya tidak ada masalah yaitu berkisar Rp 12.500.
Menurut dia, jika tidak ada tanggapan pemerintah, pihaknya akan melakukan aksi menuntut tindakan konkret dari pemerintah.
Kepala PT Iswana Migas, agen distributor yang menyuplai gas se Bandung Raya, Tua Siagian mengatakan tidak ada kelangkaan gas elpiji tiga kilogram. Menurut dia, distribusi untuk gas tiga kilogram lancar dan kuota tetap sama yaitu 222 ribu per hari untuk seluruh Bandung Raya.
Ia mengatakan, kondisi tabung gas tiga kilogram terjepit karena gas 12 kilogram dikurangi oleh Pertamina. Distribusi tersebut dikurangi karena pemerintah tidak memberikan subsidi sehingga pertamina merasa berat.
Akibat pengurangan distribusi gas 12 kilogram otomatis kebutuhan gas tiga kilogram meningkat. Sebab, masyarakat pengguna tabung 12 kilogram tetap membutuhkan gas dan beralih membeli tabung tiga kilogram.
Dia mengatakan sudah melaporkan kondisi demikian dengan Pertamina dan ESDM Provinsi Jawa Barat. Namun demikian, dia mengimbau agar pangkalan melayani kebutuhan masyarakat terlebih dahulu.