REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sejumlah peternak sapi perah di Dusun Cicalung, Desa Cilembu, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang mengeluh karena minimnya pendapatan dari penjualan susu.
Menurut mereka, harga penjualan susu di bawah standard. Karena kondisi ini, usaha peternakan sapi perah menjadi tidak optimal.
Lili sebagai Ketua Kelompok Sapi 'Lembu Agung' mengatakan, kendala yang dihadapi yakni hasil susu perahnya dijual melalui beberapa perantara sehingga para petani peternak ini penghasilannya tidak cukup. Padahal, Kecamatan Pamulihan sebagai sentra sapi di wilayah Priangan Timur.
Direktur Utama BUMN HL I Ali Rahman mengatakan jangan sampai terjadi seperti di daerah lain ada sentral peternakan sapi yang dulunya berkembang pesat masyarakatnya dapat hidup dengan baik, tapi sekarang mengalami penurunan.
Untuk itu, kerja sama penyaluran pinjaman program peningkatan pendapatan petani peternak melalui program kemitraan sapi perah sangatlah berarti bagi masyarakat terutama petani peternak.
Karena dengan digulirkan bantuan pinjaman melalui program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) perusahaan BUMN dapat mendorong dan membantu permodalan serta pengembangan usaha petani peternak sapi.
Selain itu dengan adanya program tersebut dapat menambah populasi sapi untuk memenuhi kebutuhan produksi dan konsumsi susu serta daging sapi dalam negeri.
Kerja sama penyaluran pinjaman program peningkatan pendapatan petani peternak melalui program kemitraan sapi perah ini di lakukan PT BUMN HL 1 dengan BUMN Pembina, di antaranya PT Asabri, Bank BTN, PT Krakatau Steel, PT Adhi Karya dan PT Nindya Karya.
"Sejak tiga tahun bergulir, program ini mengalami perkembangan yang baik. Hal ini dimulai dari peningkatan kualitas peternakan secara terintegrasi dengan agroforestry, kebersihan dan ketersediaan sarana produksi ternak," ujar dia.
Kemudian perhatian terhadap sanitasi dengan permanfaatan limbah kotoran hewan menjadi kompos serta urine sapi dijadikan pupuk cair organik. Menurut dia, hal tersebut dapat menjadi manifestasi 'zero waste' pengembangan sapi untuk mendukung penghijauan.
Menurut Ali, dana yang terkumpul melalui program sinergi dengan lima BUMN Pembina dalam pengembangan usaha peternakan sapi perah bagi masyarakat ini sebesar Rp 4,8 miliar telah tersalurkan.
Sebanyak 400 ekor sapi yang di berikan kepada kelompok peternak 'Lembu Agung' yang beranggotakan sebanyak 90 orang dengan rata-rata per-orang memelihara tiga ekor sapi.
Para petani peternak sapi sudah dapat menikmati hasilnya, dengan asumsi per-orang memelihara sapi sebanyak tiga ekor, hasil susu per-ekor/ hari sebanyak 15 liter, harga susu/ liter Rp 3.400, kebutuhan pakan kosentrat/ hari 7 kg, kebutuhan pakan hijauan/hari 40 kg, harga konsentrat/ kg Rp 2 ribu/ bulan, harga hijauan/ kg Rp 200.
Dari hasil sapi perah untuk tiga ekor sapi per bulan setelah cicilan pinjaman sebesar Rp 1,05 juta, dengan perhitungan pendapatan hasil susu Rp 4.59 juta dari tiga ekor sapi, biaya pakan Rp 1,98 juta pendapatan 2,61 juta.
"Rata-rata pendapatan masyarakat sebelum ikut program sebagai buruh tani sebesar Rp 750 ribu sampai Rp 900 ribu. Sedangkan UMR Kabupaten Sumedang tahun 2013 sebesar Rp 1,38 juta, pendapatan anggota saat menjalankan program Rp 1,05 juta. Namun apabila anggota selesai mengikuti program pendapatannya bisa sampai Rp 2,61 juta/ bulannya," katanya menjelaskan.