Senin 13 May 2013 13:33 WIB

2013 Banyak Proyek Aneh di DPR RI

Rep: Muhammad Akbar Wijaya / Red: Citra Listya Rini
Gedung DPR
Foto: Republika
Gedung DPR

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kinerja bagian anggaran DPR RI di 2013 menuai kritik. Lagi-lagi kritik menyangkut sejumlah proyek yang menelan anggaran besar. 

"Aneh! Ada pekerjaan pengoperasian dan pemeliharaan instalasi, mekanikal dan elektrikal sampai sebesar Rp.50.819.521.000," kata Koordinator Investigasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra), Uchok Sky Khadafi ketika dihubungi Republika di Jakarta, Senin (13/5).

Uchok menyatakan ada enam proyek 'aneh' DPR RI. Keenam proyek terssebut adalah:

1). Penggantian Conferensi system di ruang rapat paripurna II gedung Nusantara II sebesar Rp 18.800.014.000

2). Penggantian Mesin pendingin AC di gedung Nusantara I DPR RI sebesar Rp 16.000.000.000

3). Pengadaan Compressor Chiller AC Gedung Nusantara I DPR RI sebesar Rp 3.294.000.000

4). Pemeliharaan alat pendingin sebesar Rp 8.177.000.000

5).Pemasangan conference system ruang rapat Komisi I dan Komisi VIII serta portable sound system sebesar Rp 2.152.000.000

6). Pergantian Travo gedung DPR RI sebesar Rp 2.396.507.000

Uchok menyatakan proyek tahun 2013 ini disebut aneh karena dalam lelangnya selalu memenangkan penawar dengan harga tertinggi. Proyek penggantian trafo Gedung DPR RI 2013 misalnya, DPR RI memenangkan PT. APU yang mengajukan anggaran sebesar Rp 2.086.143.000.

Padahal, masih ada perusahaan yang memiliki penawaran lebih murah, seperti PT. ONP sebesar Rp 1.983.480.235, dan PT. TJUT sebesar Rp 2.061.171.000.

Yang lebih mengherankan, kata Uchok, proyek pengadaan trafo sudah pernah dilakukan pada tahun anggaran 2011 dengan harga perkiraan sementara sebesar Rp 2.091.106.000. 

Tak cuma itu, proyek penggantian mesin pendingin AC di gedung Nusantara I DPR RI juga dinilai Uchok tidak masuk akal. Proyek ini menelan anggaran Rp 16.000.000.000 dan ongkos pemeliharaan alat pendingin sebesar Rp 8.177.000.000. 

"Yang paling aneh, proyek mereka selalu ada yang bernama anggaran untuk pemeliharaan. Tapi Kok kalau sudah dibeli dan jadi milik pemerintah, selalu rusak, atau diganti. Jadi uang untuk pemeliharaan selama ini dipakai untuk apa?" tanya Uchok.

Kedua contoh di atas belum termasuk proyek penggantian conferensi system di ruang rapat paripurna II gedung Nusantara II yang menghabiskan anggaran sebesar Rp 18.800.014.000.

Uchok mendesak proyek-proyek aneh tersebut dihentikan. Menurutnya, proyek-proyek itu mubazir dan lebih baik direlokasi untuk perbaikan fasilitas gedung pengadilan yang panas, pengap, dan tidak nyaman. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement