REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sebagian masyarakat miskin di Surabaya, Jawa Timur, menilai bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) tidak efektif. Namun, mereka mengaku tak kuasa menolak dana bantuan tersebut, jika pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Salah satu warga Surabaya, Masudi (50) mengatakan, BLSM yang akan dikeluaran pemerintah sebagai syarat kenaikan harga BBM bersubsidi, sama sekali tidak membantu dalam menunjang kebutuhan masyarakat. Seharusnya, kata Masudi, pengembangan fasilitas serta akses dan sarana publik dapat lebih diprioritaskan.
"Tapi kami juga tidak akan menolak bila diberi uang," kata Masudi saat berbincang dengan ROL, Senin (13/5).
Ia menyatakan, BLSM adalah pembodohan masyarakat dan sama sekali tidak mendidik. Tetapi, ia tak bisa mengelak jika BLSM sangat diperlukan sebagai uang simpanan keluarga kecil.
Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai penarik Becak itu berharap, ada pembenahan nyata untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, bukan hanya sekedar bantuan uang langsung.
Pernyataan senada disampaikan warga Surabaya lainnya, Waluyo (45). Pria yang biasa berprofesi sebagai sopir angkot itu mengatakan, dana BLSM sama sekali tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kebutuhan sehari-hari.
Sebab, naiknya BBM akan diikuti melambungnya semua harga barang. Sementara jumlah dana yang diberikan tidak menopang kenaikan tersebut. "Kemarin saja Rp 100 ribu cuma bisa buat makan dan belanja beberapa hari. Mendingan buat jaminam kesehatan, pendidikan, dan pembangunan daerah," ujarnya mengeluh.