Jumat 10 May 2013 06:36 WIB

Bursa Saham Asia Dorong Laju IHSG

Rep: Friska Yolanda/ Red: Dewi Mardiani
Pialang mengamati pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (18/2).
Foto: Antara
Pialang mengamati pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (18/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ke kecepatan semula menuju rekor tertinggi baru. Laju bursa saham Asia yang positif kini memberikan dampak kepada pergerakan IHSG ke zona hijau.

Pada perdagangan Rabu (8/5) IHSG ditutup menguat 0,92 persen ke level 5.089,33. Kembalinya nett buy asing membantu IHSG menguat kembali ke level psikologisnya. Tercatat net buy asing sebesar Rp 180,9 miliar.

"Indeks Asia bertahan di laju positif merespon kenaikan trade balance Cina yang berada di atas estimasi dan imbas positif dari bursa saham AS," kata Analis Trust Securities Reza Priyambada, Jumat (10/5). Adanya rilis emiten membuat laju saham Asia masih positif, seperti Komatsu Ltd, Wilmar International Ltd, dan HSBC.

IHSG diperkirakan akan berada di level support 5.035-5.054 dan resisten 5.035-5.054. Masih ada sentimen positif yang dinilai akan mengantarkan IHSG ke target resisten. Target resisten ini merupakan level yang menarik untuk aksi ambil untung jika bursa saham global berbalik melemah. "Namun diharapkan masih dalam tahap wajar sehingga IHSG tidak meninggalkan tren bullish," kata Reza.

Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang optimistis IHSG akan terus bergerak positif ia bahkan mengubah target akhir tahunnya dari 5.150 menjadi 5.665. "Hal ini merujuk pada kuatnya pertumbuhan pendapatan dan laba saham-saham sektor perbankan, konstruksu, infrastruktur, dan properti sehingga target awal akan tercapai segera," ujar Edwin.

Ia memperkirakan bursa Indonesia di akhir pekan ini akan menguat terbatas, merujuk penguatan Dow Jones selama dua hari perdagangan. Sentimen yang mendorong adalah telah ditunjuknya wakil presiden Boediono untuk mensosialisasikan rencana kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dalam waktu dekat. Sehingga dengan kenaikan tersebut Indonesia dapat menghindari menurunan rating dari lembaga pemeringkat internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement