Kamis 09 May 2013 17:07 WIB

Harga Naik, Penjualan Properti Kian Melonjak

Rep: S Bowo Pribadi/ Red: Djibril Muhammad
sektor properti diramal bakal capai puncaknya tahun 2016
Foto: Republika
sektor properti diramal bakal capai puncaknya tahun 2016

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Harga properti residensial di Jawa Tengah terus menunjukkan peningkatan. Survei Bank Indonesia (BI) mencatat angka Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) di level 161,83 naik sebesar 3,22 poin atau 2,03 persen dari indeks triwulan sebelumnya sebesar 158,61.

Pencapaian indeks pada triwulan I tahun 2013 ini lebih tinggi dari yang diekspekstasikan 160,23.  Peningkatan indeks sejalan dengan IHPR nasional yang juga meningkat 4,78 persen menjadi 160,92.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah V Jateng-DIY, Joni Swastanto mengatakan, kenaikan indeks harga properti residensial terjadi pada  semua tipe rumah. "Indeks harga untuk rumah tipe besar mengalami kenaikan paling tinggi 3,70 persen," ujarnya di Semarang, Kamis (9/5).

Berikutnya, Swastanto menjelaskan, diikuti rumah tipe kecil dan tipe menengah, masing-masing dengan kenaikan 1,40 persen dan 1,00 persen. Hal ini banyak dipengaruhi oleh kenaikan harga tanah, upah tenaga kerja dan ekspektasi kenaikan harga BBM.

Namun demikian, ia melanjutkan, meski harga rumah meningkat, hal tersebut tidak menyurutkan minat masyarakat untuk membeli rumah. Hasil survei mencatat, penjualan unit rumah untuk tipe kecil meningkat relatif tinggi mencapai 30,65 persen.

Kemudian diikuti meningkatnya penjualan rumah tipe besar yang mencapai 20,18 persen. Sementara untuk rumah tipe menengah justru mengalami penurunan 4,09 persen (q-t-q).

Tingginya peningkatan penjualan rumah tipe kecil mengindikasikan kuatnya pertumbuhan permintaan rumah hunian. Terutama bagi masyarakat segmen bawah berpenghasilan rendah.

Kuatnya permintaan ini disebabkan, komposisi penduduk Jawa Tengah yang didominasi kelompok usia muda (produktif) yang membutuhkan tempat tinggal. Meningkatnya kebutuhan rumah tersebut juga diiringi dengan peningkatan daya beli masyarakat segmen bawah.

Khususnya setelah pemerintah meluncurkan berbagai program untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah agar dapat memiliki rumah. Seperti pemberian Fasilitas  Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).

Selain itu, tren penurunan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan penawaran kredit dengan jangka waktu yang panjang hingga 25 tahun, juga turut mendorong kuatnya permintaan rumah hunian di Jawa Tengah.

Suku bunga rata-rata KPR untuk rumah sampai dengan tipe 21 menurun dari 14,34 persen pada Desember 2012 menjadi 14,23 persen.

Sementara untuk rumah tipe 22 hingga 70, turun dari 10,73 persen menjadi 10,52 persen. "Sedangkan untuk rumah tipe di atas 70 menurun dari 10,59 persen menjadi 10,55 persen.," lanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement