REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Budaya dan Komunikasi Unversitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati meminta kepada pemerintah agar fokus terhadap pendidikan bangsa. Pendidikan dinilai dapat mengalihkan perhatian masyarkat dari praktik perdukunan.
Sebelumnya, marak berita mengenai praktik perdukunan, mulai dari kasus Eyang Subur versus Adi Bing Slamet, sampai kasus terbaru dukun cabul Benny Irawady (45) yang melayani falaqiah, rukiyah, buka aura, dan merukunkan rumah tangga menyelingkuhi istri orang di Jalan Kemandoran VIII, RT02/11, Grogol Utara, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (7/5) dini hari.
Devie menjelaskan, dengan cerdasnya masyarakat, nantinya ada pemilihan pengambilan keputusan. Pemilihan tersebut terkait penyelesaian masalah yang dihibahkan ke dukun atau diselesaikan sendiri. "Kecerdasan sangat membantu untuk mengantisipasi perdukunan," katanya
Menurut Devie, perdukunan disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memecahkan masalah hidup. Mereka masih memandang ada kekuatan gaib yang berfungsi sebagai pemecah masalah-masalah tersebut.
Padahal, praktik perdukunan ini, sangat rawan terhadap penipuan dan tindak kejahatan. Solusinya, pemerintah wajib menyekolahkan masyarakat minimal setingkat SMA. Devie menjelaskan, Ini pun jika dianalisa baru terwujud pola pikiran sehat sekitar 20-30 tahun ke depan. "Tujuannya adalah berpikir baik dan logis," katanya.
Masalah lainnya, masyarakat Indonesia masih mengagungkan praktik perdukunan tersebut. Devie menilai ada rasa bangga ketika orang berdukun. Bahkan, publik figur menyontohkan perilaku tersebut kepada masyarakat melalui media masa. "Orang ke dukun, bersikap biasa saja," katanya.