Ahad 05 May 2013 10:21 WIB

Tiada Batik di Dalam Batik Air

Batik Air
Foto: Antara
Batik Air

Oleh Aldian Wahyu Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, Pesawat itu diam di landasan pacu. Kapal terbang dengan tipe Boeing 737 900 ER itu siap berlari. Suara tangisan bayi di dalam kendaraan udara muncul bersamaan saat hendak lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, menuju Bandara Sam Ratulangi, Manado.

Tak menjejak ban dengan darat, kali pertama maskapai burung besi itu terbang komersial. Batik Air, anak perusahaan dari Lion Group melakukan terbang perdana pada Jumat (3/5) lalu. 151 penumpang menjadi saksi sejarah kali perdana kapal udara itu mengarungi langit. Di antaranya, Presiden Direktur Lion Group Rusdi Kirana dan Direktur Utama Batik Air Achmad Luthfie.

Pesawat dengan kecepatan 800 km per jam itu dapat menampung hingga 180 penumpang. Rinciannya, 168 kursi ekonomi dan 12 kursi bisnis. Berbeda dengan kakaknya yang merangsek lahan tiket murah (low cost carrier), Batik Air berkompetisi di ceruk layanan penuh (full services). 

Karena buntut pesawat becorak batik dan namanya Batik Air, ternyata tak ada sentuhan batik di dalam pesawat. Pramugari menggunakan kebaya berwarna putih, kursi penumpang berwarna hitam dengan strip merah, lintasan dan koridor juga bukan berciri batik. Walaupun tak ada batik di dalam tak berarti minim fasilitas.

Jarak antara kursi penumpang depan dengan belakang 35 inci atau 87,5 cm. Posisi kursi pun tak vertikal 180 derajat. Duduk di Batik Air berarti bersandar di kursi tanpa harus duduk sempurna gaya prajurit. Berbeda dari Lion Air yang setiap jarak antara penumpang sempit dan memundurkan sandaran kursi berarti siap menyulut kericuhan.

Layar sentuh ukuran 5 inci siap menghibur para penumpang di punggung kursi berbalut warna hitam dengan strip merah. layar itu memiliki banyak fungsi, seperti, untuk menonton serial dan film, bermain, hingga mengetahui informasi pesawat sedang dimana dan sudah sejauh mana.

Pada kantong di setiap punggung kursi pun tersedia aneka bacaan, mulai  petunjuk keselamatan, majalah batik, hingga kantong kertas multifungsi.

Fasilitas wifi atau layanan internet tanpa kabel belum beroperasi. Menurut Direktur Umum Lion Air Edward Sirait, fasilitas internet nirkabel itu masih belum disetujui Kementerian Komunikasi dan Informatika. Dia pun belum mendapatkan informasi tepat kapan fasilitas itu bisa digunakan.

Pesawat sudah mengudara beberapa saat. Di sela-sela perjalanan tiga jam itu, terdengar suara troli dan suara pramugari memberikan suguhan makanan dan aneka minuman kepada penumpang. Salah satu arti layanan penuh, perut terisi penuh.

Rusdi Kirana sesekali bolak balik melihat-lihat kondisi penumpang dan menanggapi sapaan jurnalis. Ia pun mencoba fasilitas yang ada di pesawat, seperti menonton film, dan lainnya.

Edward mengatakan, Batik Air akan berusaha membuat harga yang menarik untuk menarik lebih banyak penumpang. Selain itu dia menargetkan bisa tepat waktu (on time performance) minimal 85 persen. Menurut informasi dari situs Batik Air, penerbangan dari Jakarta ke Manado tarifnya mulai dari Rp 1.150.000. 

Pesawat mulai menurunkan ketinggian. Suara tangisan anak kembali terdengar. Akhirnya roda angkutan udara itu menyentuh landasan (touchdown) di Bandara Sam Ratulangi, Sulawesi Utara, Manado. Perjalanan perdana Batik Air berakhir dengan perut terisi dan kondisi badan yang tidak pegal. Walaupun tak ada corak batik di dalam pesawat, keinginan para penumpang selama di udara tetap terlayani penuh. 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement