REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lebih dari 3000 bidan mengikuti aksi damai di sepanjang Jalan Sudirman dan Jalan MH Thamrin, Jakarta, Ahad (5/4). Aksi ini dilakukan dalam rangka memeringati Hari Bidan Sedunia.
Para bidan yang berasal dari Jabodetabek ini long march dari Bundaran Hotel Indonesia menuju Monas. Mereka juga membentangkan beragam spanduk dan poster yang berisi ajakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan masalah kematian ibu dan bayi.
Di area taman Monas, para bidan ini juga membuka posko konsultasi kehamilan, ukur tekanan darah, dan timbang berat badan secara gratis. Selain itu mereka juga memberikan edukasi mengenai Keluarga Berencana (KB) pada masyarakat.
Acara ini juga untuk menandai hari ulang tahun (HUT) Ikatan Bidan Indonesia (IBI) yang ke-62, dan HUT JHpiego, sebuah LSM kesehatan internasional, yang ke-40.
World Health Organization (WHO) mencatat, angka kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia masih tinggi. Ketua IBI Emi Nurjasmi menjelaskan, angka kematian ibu di Indonesia saat ini yaitu 228 per 100 ribu kelahiran hidup. Sementara angka kematian bayi saat ini 32 per 100 ribu kelahiran hidup.
Untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak tersebut, kata dia, IBI secara rutin memberikan pembinaan kepada anggotanya untuk meningkatan kemamapuan para bidan dalam membantu proses persalinan.
Selain itu, lanjut dia, IBI melakukan standarisasi praktek kebidanan yang dinamakan Bidan Delima. Saat ini, kata dia, sudah ada sekitar 11 ribu praktik kebidanan yang sudah mendapatkan standarisasi.
"Kita juga terjunkan bidan ke desa-desa. Tapi itu saja tidak cukup, butuh dukungan dari semua pihak untuk bersama-sama turunkan angka kematian ibu dan anak," kata dia.
Dia harap berharap, pada peringatan hari bidan sedunia ini, para bidan di Indonesia dapat semakin bermanfaat dalam membantu proses persalinan di Indonesia. Sehingga, angka kematian ibu dan bayi baru lahir dapat terus ditekan.