Rabu 01 May 2013 15:16 WIB

'Tak Ikut May Day, Warga Diminta Berempati'

Rep: Wahyu Syahputra/ Red: A.Syalaby Ichsan
  Ribuan buruh berunjuk rasa memperingati Hari Buruh Internasional atau yang biasa disebut 'May Day' di jalan MH. Thamrin, Jakarta, Rabu (1/5).   (Republika/Yasin Habibi)
Ribuan buruh berunjuk rasa memperingati Hari Buruh Internasional atau yang biasa disebut 'May Day' di jalan MH. Thamrin, Jakarta, Rabu (1/5). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, SEMANGGI -- Demonstrasi besar-besaran ribuan buruh diharapkan mengundang empati masyarakat yang tidak ikut turun ke jalan.

Pengamat Budaya dan Komunikasi Universitas Indonesia Devie Rahmawati menjelaskan, bagi masyarakat lain yang merasa tidak masuk dalam kategori buruh, ada baiknya berempati dengan aksi ini. 

''Masyarakat harap berempati,'' katanya, kepada Republika, Rabu (1/5). Menurut Devie, tanpa disadari segala fasilitas atau materi yang digunakan sehari-hari seperti makanan, pakaian, kendaraan dan sebagainya merupakan buah karya dari para buruh.

Mereka (buruh) bekerja di pabrik-pabrik untuk memproduksi barang-barang kebutuhan masyarakat. Jadi, kemacetan yang menjadi imbas dari demonstrasi buruh dapat dimaknai sebagai sumbangan dukungan publik  kepada para buruh. ''Kemacetan itu sumbangan dukungan kepada buruh,'' katanya. 

Devie melanjutkan, karena sepanjang buruh berdemo, nyaris jarang ditemui tindakan-tindakan kekerasan dan pengrusakan. Mengingat agenda buruh yang jelas. Menurut Devie, pengusaha sudah berupaya keras untuk bisa memenuhi kebutuhan yang layak bagi para buruh mereka. Bagaimanapun tanpa buruh, usaha tidak akan berjalan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement