Rabu 01 May 2013 14:35 WIB

May Day Pertama Guru

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: A.Syalaby Ichsan
Sertifikasi Guru (ilustrasi).
Foto: kampus-info.com
Sertifikasi Guru (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam May Day tahun ini, terlihat massa dari elemen guru yang terlibat unjuk rasa. Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia Retno Listyarti mengatakan, hari ini merupakan pertama kal komunitas guru ikut dalam aksi May Day. 

Retno mengungkapkan, Guru juga merasa sebagai buruh. Mereka digaji oleh orang lain dan bisa dipecat kapan pun. “Selama orang itu bekerja bagi pihak lain dan digaji maka mereka adalah buruh,” ujarnya dalam aksi May Day di Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta, Rabu, (1/5).

Sebagai bagian dari buruh, kata Retno, maka guru turun ke jalan  memperjuangkan hak-haknya bersama para buruh lainnya. Sejumlah tuntutan guru antara lain, peningkatan kesejahteraan guru honorer dan swasta, perlindungan kerja bagi guru.

Guru, ujar Retno, harus dilindungi sebab terdapat guru yang dipecat karena menolak curang memberikan jawaban Ujian Nasional (UN). Saat ini guru jujur malah tidak aman. 

Diskriminasi di kalangan guru, kata Retno, juga harus dihilangkan. Selama ini hanya guru PNS saja yang diperhatikan kesejahterannya oleh pemerintah. Sedangkan guru honorer dan guru swasta kesejahteraannya diabaikan. Padahal mereka sama-sama bekerja sebagai guru.

Berdasarkan fakta di lapangan, terang Retno, guru honorer gajinya sangat  jauh dari UMK DKI Jakarta mencapai Rp 2,2 juta. Seorang guru SD honorer di Jakarta gajinya Rp 150 ribu per bulan, di Tangerang Rp 125 ribu per bulan, dan di Pandeglang Rp 60 ribu per bulan. Harusnya gaji semua guru disamakan.

Di negara Singapura dan Eropa, ujar Retno, semua gaji guru disamakan, baik guru negeri maupun guru swasta. Mereka tidak melakukan diskriminasi. Retno pun mendesak Indonesia belajar dari negara-negara tersebut. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement